A.
PENGERTIAN PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN
Dalam kehidupan sehari-hari kita
jarang mengupas
sekilas tentang perbedaan antara pengetahuan dan ilmu agar tidak terjebak pada
kesalahpahaman mengenai keduanya, sehingga pembaca bisa memahami dengan mudah
dan benar apa yang dimaksud dengan sejarah perkembangan ilmu pengetahuan dalam
makalah ini. Ilmu adalah bagian dari
pengetahuan yang terklasifikasi, tersistem, dan terukur serta dapat dibuktikan
kebenarannya secara empiris. Sementara itu, pengetahuan adalah keseluruhan pengetahuan yang belum tersusun, baik
mengenai metafisik maupun fisik. Dapat juga dikatakan pengetahuan adalah informasi yang berupa common sense, sedangkan ilmu sudah merupakan bagian yang lebih
tinggi dari itu karena memiliki metode dan mekanisme tertentu. Jadi ilmu
lebih khusus daripada pengetahuan, tetapi tidak berarti semua ilmu adalah
pengetahuan.
Uraian singkat di atas menggiring kita pada kesimpulan bahwa
yang dimaksud dengan ilmu pengetahuan di sini adalah ilmu bukan pengetahuan.
Ilmu beraneka-ragam. Maskoeri Jasin membagi ilmu pengetahuan ke tiga kategori
besar.
Pertama, Ilmu Pengetahuan Sosial yang
meliputi psikologi, pendidikan, antropologi, etnologi, sejarah, ekonomi, dan
sosiologi.
Kedua, Ilmu Pengetahuan Alam yang
meliputi fisika, kimia, dan biologi (botani, zoologi, morfologi, anatomi,
fisiologi, sitologi, histologi, dan palaentologi).
Ketiga, Ilmu Pengetahuan Bumi dan
Antariksa yang meliputi geologi (petrologi, vulkanologi, dan mineralogi),
astronomi, dan geografi (fisiografi dan geografi biologi).
Karena luasnya cakupan ilmu, penulis hanya fokus pada
sejarah perkembangan sebagian ilmu dari masa ke masa yang terekam oleh
literatur-literatur sejarah yang ada dan menyebutkan sebagian tokoh di balik
penemuan teori ilmu dan pengembangannya.
Sebagai kesimpulan bahwa Pengertian ilmu pengetahuan secara umum
adalah suatu sistem yang terdiri dari pengetahuan pengetahuan (ilmiah) yang
ditujukan untuk memperoleh kebenaran (ilmiah) dan sedapat mungkin untuk
mencapai kebahagiaan umat manusia.
Jenis dari ilmu pengetahuan adalah sistemnya. Pembedanya adalah kumpulan
pengetahuan untuk memperoleh kebenaran dan sedapat mungkin untuk kebahagiaan
umat manusia. Selain itu poin penting yang perlu dicatat di sini adalah
pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan harus diimbangi dengan pengembangan
moral-spiritual manusianya, karena sebagaimana kita tahu, perkembangan ilmu
pengetahuan selain berdampak positif, ia juga berdampak negatif bagi kehidupan manusia dan hal yang berkaitan
dengan dampak akan di bahas pada pembahasan berikutnya.
B.
SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN
Sejarah dapat dilihat dari segi kronologis dan geografis.
Untuk itu, sejarah ilmu dapat dilihat melalui kurun waktu di mana sejarah itu
terjadi. Dalam setiap periode sejarah perkembangan ilmu pengetahuan menampilkan
ciri khas atau karakteristik tertentu, dan pada dasarnya merupakan sejarah
pikiran umat manusia yang terlepas dari asal usul kebangsaan maupun asal mula
negara. Oleh karena itu untuk membahas lintasan sejarah perkembangan ilmu
pengetahuan digunakan urutan waktu dari satu zaman yang terdahulu ke zaman
berikutnya.
Dengan demikian dalam makalah ini kami membagi pembahasan
tentang sejarah perkembangan ilmu pengetahuan ke dalam tujuh kategori, yaitu
perkembangan ilmu pada:
1. Zaman Pra-Yunani Kuno
2. Zaman Yunani Kuno
3. Zaman Romawi
4. Zaman Pertengahan
5. Zaman Renaisance
6. Zaman Modern, dan
7.
Zaman Kontemporer
1. PERKEMBANGAN
ILMU DALAM ZAMAN PRA-YUNANI KUNO
Perkembangan ilmu pada zaman ini secara umum terbagi menjadi
tiga fase, yaitu:
- Zaman Batu Tua
- Zaman
Batu Muda, dan
- Zaman Logam.
Zaman
Batu Tua (4 juta tahun s.M sampai 20.000/10.000 s.M), dengan tokohnya adalah manusia
purba, perkembangan ilmu dicirikan dengan penggunaan alat-alat sederhana yang
dibuat dari batu dan tulang, mengenal cocok taman dan beternak, dan dalam
kehidupan sehari-hari didasari dengan pengamatan primitif menggunakan sistem
“trial and error” (mencoba-coba dan salah) yang kemudian berkembang menjadi
“know how”.
Zaman
Batu Muda (abad 100 – abad 20 s.M), dengan tokohnya adalah kerajaan-kerajaan Mesir, Babylon,
Sumeria, Niniveh, India, dan Cina, telah berkembang kemampuan-kemampuan yang
sangat siginifikan, seperti kemampuan menulis (dinyatakan dengan gambar dan
simbol atau lambang-lambang), kemampuan membaca (bermula dari bunyi atau suku
kata tertentu), dan kemampuan berhitung. Dalam zaman ini juga berkembang
perbintangan, matematika, perdagangan, dan hukum.
Zaman
Logam (abad 20 s.M - abad 6 s.M), dengan tokohnya kerajaan Mesir, juga kerajaan Cina dan
Sumeria, berkembang pemakaian logam, terutama besi dan perunggu sebagai bahan
peralatan sehari-hari, baik sebagai perhiasan, peralatan masak, atau bahkan
peralatan perang dan patung. Contohnya adalah karya-karya, seperti patung istri
raja Firaun (Neferitti ) dari Mesir; penggunaan alat-alat dari besi sekitar
abad 15 s.M di Sumeria (Irak), penggunaan peralatan perang dari perunggu di
Cina pada masa Dinasti Shang (abad 15 s.M), dan penggunaan besi untuk peralatan
perang pada masa Dinasti Chin (abad 5 s.M).
2. PERKEMBANGAN
ILMU DALAM ZAMAN YUNANI KUNO
Pada zaman ini manusia menggunakan inquiring attitude (suatu
sikap yang senang menyelidiki sesuatu secara kritis) dan tidak menerima
pengalaman yang didasarkan pada sikap receptive attitude (sikap menerima dengan
begitu saja). Pada zaman ini filsafat tumbuh dengan subur dan dikenal 4 istilah
yang kini dianggap sepadan dengan ilmu, yaitu: Peri physeos historia
(penyeledikan tentang alam), Philosophia (filsafat, cinta kearifan), Theoria
(perekaan), dan Episteme (perekaan). Semua itu dikembangkan oleh para filsuf,
ahli matematika, ahli perbintangan, dokter, dan bahkan oleh arsitek serta
insinyur.
Adapun Ilmuwan yang terkenal pada zaman ini di antaranya
adalah Thales (± 625-545 s.M), Pythagoras (578? – 510 s.M), Democritus (±470 –
±400 s.M), Aristoteles (382 – 322 s.M), Hippocrates & Euclid (±335 – 275
s.M), Archimedes (287 – 212 s.M), dan Eratosthenes (276 s.M - 194 s.M) seperti
yang dideskripsikan sebagai berikut:
THALES
(± 625-545 s.M), filsuf
pertama yang mempertanyakan isi dasar alam. Menurutnya, zat utama yang menjadi
dasar segala materi adalah air. Ia juga terkenal dengan berbagai julukan, yaitu
sebagai 1) Ilmuwan Pertama di Dunia karena memelopori tumbuhnya ilmu bintang,
ilmu cuaca, ilmu pelayaran, dan ilmu ukur dengan berbagai penciptaan dan
penemuan yang penting; 2) Salah Satu dari Tujuh Orang Arif Yunani, termasuk
Bias, Chilon, Cleobulus, Myson of Chen, Pittacus, dan Solon; 3) Bapak dari
Filsafat karena mengembangkan filsafat alam (disebut kosmologi) yang
menurutnya, bahan dasar jagad raya ini adalah air; 4) Bapak dari Penalaran
Deduktif: dengan penalaran deduktif, Thales membuktikan berbagai dalil ilmu
ukur, salah satu diantaranya adalah dalil bahwa kedua sudut alas dari suatu
segitiga sama kaki adalah sama besar; 5) Yang Pertama dari Para Ahli Ilmu
Bintang Yunani yang Besar: menelaah bintang-bintang di langit dan berusaha
menerangkan apa yang diamatinya. Ia mengemukakan pendapat bahwa bulan bersinar
karena memantulkan cahaya dari matahari. Berdasrkan pengetahuannya, ia
meramalkan terjadinya gerhana matahari pada tanggal 28 Mei 585 s.M.
PYTHAGORAS (578? – 510 s.M), seorang matematikawan dan filsuf Yunani yang dikenal sebagai Bapak Bilangan, dan salah satu peninggalan Pythagoras yang terkenal adalah teorema Pythagoras, yang menyatakan bahwa kuadrat hipotenusa dari suatu segitiga siku-siku adalah sama dengan jumlah kuadrat dari kaki-kakinya (sisi siku-sikunya). Walaupun fakta di dalam teorema ini telah banyak diketahui sebelum lahirnya Pythagoras, namun teorema ini dikreditkan kepada Pythagoras karena ia yang pertama kali membuktikan pengamatan ini secara matematis. Selain itu, Pythagoras berhasil mendirikan lembaga pendidikan yang disebut Pythagoras Society. Di lain pihak, dalam ilmu ukur dan aritmatika ia berhasil menyumbang teori tentang bilangan, pembentukan benda, dan menemukan hubungan antara nada dengan panjang dawai.
DEMOCRITUS (±470 – ±400 s.M), terkenal dengan gagasan ilmiahnya mengenai “atom”. Menurutnya, semua benda di dunia ini tersusun dari atom-atom bersama dengan ruang di antara atom-atom itu. Atom-atom itu bersifat abadi, amat kecil, dan tidak dapat dibagi lebih lanjut dalam satuan-satuan yang lebih kecil. Selanjutnya, atom-atom itu juga serba sama dan tidak dapat diringkas. Masing-masing atom hanya berbeda satu sama lain dalam bentuk, susunan, dan ukuran. Sifat-sifat yang terdapat pada suatu benda disebabkan oleh gerak atau susunan dari atom-atom. Teori atom dari Democritus tidak mendapatkan penerimaan luas sampai berkembangnya Ilmu Alam modern dalam abad ke-17.
PYTHAGORAS (578? – 510 s.M), seorang matematikawan dan filsuf Yunani yang dikenal sebagai Bapak Bilangan, dan salah satu peninggalan Pythagoras yang terkenal adalah teorema Pythagoras, yang menyatakan bahwa kuadrat hipotenusa dari suatu segitiga siku-siku adalah sama dengan jumlah kuadrat dari kaki-kakinya (sisi siku-sikunya). Walaupun fakta di dalam teorema ini telah banyak diketahui sebelum lahirnya Pythagoras, namun teorema ini dikreditkan kepada Pythagoras karena ia yang pertama kali membuktikan pengamatan ini secara matematis. Selain itu, Pythagoras berhasil mendirikan lembaga pendidikan yang disebut Pythagoras Society. Di lain pihak, dalam ilmu ukur dan aritmatika ia berhasil menyumbang teori tentang bilangan, pembentukan benda, dan menemukan hubungan antara nada dengan panjang dawai.
DEMOCRITUS (±470 – ±400 s.M), terkenal dengan gagasan ilmiahnya mengenai “atom”. Menurutnya, semua benda di dunia ini tersusun dari atom-atom bersama dengan ruang di antara atom-atom itu. Atom-atom itu bersifat abadi, amat kecil, dan tidak dapat dibagi lebih lanjut dalam satuan-satuan yang lebih kecil. Selanjutnya, atom-atom itu juga serba sama dan tidak dapat diringkas. Masing-masing atom hanya berbeda satu sama lain dalam bentuk, susunan, dan ukuran. Sifat-sifat yang terdapat pada suatu benda disebabkan oleh gerak atau susunan dari atom-atom. Teori atom dari Democritus tidak mendapatkan penerimaan luas sampai berkembangnya Ilmu Alam modern dalam abad ke-17.
ARISTOTELES
(382 – 322 s.M),
dikenal sebagai tokoh pelopor yang mengembangkan Logika, menelaah rakitan
pikiran dan tata alur penalaran untuk mencapai kebenaran dalam ilmu. Selain
mengembangkan berbagai pengetahuan fisafat, Aristoteles juga mengemukakan
Metodologi Ilmu dan pembagian ilmu-ilmu. Pengetahuan itu dinamakannya Analitika
dan Dialektika. Analitika menerangkan penalaran yang berpangkal pada pernyataan
yang benar, sedangkan Dialektika berpangkal pada pernyataan yang belum pasti
kebenarannya. Aristoteles juga mempelajari hampir semua pengetahuan ilmiah yang
ada pada zamannya, yaitu Ilmu Alam, Ilmu Bintang, Ilmu Cuaca, Ilmu Hayat, Ilmu
Jiwa, sampai Ilmu Politik.
HIPPOCRATES
& EUCLID (±335 – 275 s.M), disebut sebagai bapak kedokteran Barat. Ia menjadi orang
pertama yang meyakini bahwa penyakit disebabkan secara alami dan bukan sebagai
akibat dari takhayul dan dewa-dewa. Ia memisahkan disiplin obat dari agama,
percaya dan berargumen bahwa penyakit itu bukan hukuman yang dijatuhkan oleh
para dewa melainkan produk dari faktor lingkungan, diet, dan kebiasaan hidup.
Secara khusus, Hippocrates memajukan studi sistematika kedokteran klinis,
menyimpulkan pengetahuan medis dan resep dokter praktek melalui Sumpah
Hippocrates, Corpus dan karya-karya lain. Sementara itu, Euclid menghimpun
semua pengetahuan dalam ilmu ukur yang telah dikembangkan oleh ahli sebelumnya,
terutama Hippocrates dan kemudian menyusunnya menjadi buku berjudul Stoicheia
(Unsur-Unsur) sebanyak 13 buku. Euclid juga menulis tentang Ilmu Bintang, Ilmu
Cahaya, dan pokok soal dari apa yang sekarang termasuk Teori Bilangan. Euclid
juga membuktikan kebenaran Dalil Pythagoras.
ARCHIMEDES
(287 – 212 s.M), dijuluki
Bapak IPA Eksperimental karena mendasarkan penemuannya dengan eksperimen. Ia
terkenal dengan teorinya tentang hubungan antara permukaan dan volume dari
sebuah bola terhadap silinder. Dia juga dikenal dengan teori dan rumus dari
prinsip hidrostatik dan peralatan untuk menaikkan air – “Archimedes Screw” atau
sekrup Archimedes, yang sampai sekarang masih banyak digunakan di negara-negara
berkembang. Walaupun pengungkit telah ditemukan jauh sebelum Archimedes lahir,
ia adalah orang yang mengembangkan teori untuk menghitung beban yang dibutuhkan
pengungkit tersebut. Archimedes juga digolongkan sebagai salah satu ahli
matematika kuno dan merupakan yang terbaik dan terbesar di zamannya. Perhitungannya
yang akurat tentang lengkungan bola dijadikan konstanta matematika untuk Pi
atau π.
ERATOSTHENES
(276 - 194 s.M), seorang
matematikawan, ahli geografi, dan astronom zaman Helenistik. Ia tercatat
sebagai orang yang pertama kali memikirkan sistem koordinat geografi. Ia
dicatat oleh Cleomedes dalam On the Circular Motions of the Celestial Bodies
sebagai orang yang telah menghitung keliling Bumi pada sekitar tahun 240 s.M
menggunakan metode trigonometri dan mempelajari sudut kemiringan Matahari saat
tengah hari di Alexandria dan Syene (sekarang Aswan, Mesir).
3.
PERKEMBANGAN ILMU DALAM MASA ROMAWI
Zaman Romawi merupakan masa terakhir dari pertumbuhan ilmu
pada Zaman Kuno dan merupakan masa yang paling sedikit memberikan sumbangan
pada sejarah ilmu. Akan tetapi, bangsa Romawi memiliki kemahiran dalam
kemampuan keinsinyuran dan keterampilan ketatalaksanaan serta mengatur hukum
dan pemerintahan. Bangsa ini mementingkan soal-soal praktis dan mengabaikan
teori ilmiah, sehingga pada masa ini tidak muncul ilmuwan yang terkemuka,
kecuali dua orang Yunani, yaitu Ptolemaeus dan Galenus.
CLAUDIUS
PTOLEMAEUS (90 – 168 M), seorang
matematikawan, astronom, ahli geografi, astrolog, dan seorang penyair dari satu
epigram dalam Antologi Yunani. Ia adalah pengarang beberapa risalah ilmiah,
tiga di antaranya yang pertama risalah astronomi yang dikenal sebagai Almagest
(Risalah Matematika). Yang kedua adalah Geografi, yang merupakan diskusi teliti
mengenai pengetahuan geografi Yunani dan Romawi-dunia. Yang ketiga adalah risalah
astrologi dikenal dalam bahasa Yunani sebagai Apotelesmatika atau lebih umum
dalam bahasa Yunani sebagai Tetrabiblos (Empat buku). Karena ia hidup di Mesir,
astronom, ahli geografi, dan fisikawan Arab menyebutnya dengan nama dalam
bahasa Arab: Batlaymus.
AELIUS
GALENUS (129 – 199/217 M), dikenal
dalam bahasa Inggris sebagai Galen, adalah seorang tabib dari Yunani kuno. Ia
memiliki pengaruh besar dalam kedokteran Eropa. Galen melakukan perubahan besar
di bidang kesehatan, di antaranya operasi pembedahan otak dan mata (mengoperasi
katarak), mengenalkan ilmu anatomi, dan mengemukakan empat cairan tubuh, yaitu
darah (blood), empedu kuning (yellow bile), empedu hitam (black bile), dan
dahak (phlegm). Empat hal ini akan berputar sesuai dengan empat musim. Galen
melanjutkan teori ini, menciptakan tipologi temperamen manusia.
Ketidakseimbangan setiap humor berhubungan dengan temperamen manusia tertentu
(darah-optimis, empedu hitam-melankolis, empedu kuning-mudah tersinggung, dan
dahak-apatis). Individu dengan temperamen optimis (sanguine) bersifat terbuka
(extroverted) dan sosial. Orang dengan temperamen mudah tersinggung (choleric)
memiliki energi, semangat, dan karisma. Individu yang melankolis (melancholics)
biasanya kreatif, baik, dan perhatian. Temperamen apatis (phlegmatic) dicirikan
oleh ketergantungan, kebaikan, dan kasih sayang. Karya terbesarnya adalah tujuh
belas buku dari On the Usefulness of theParts of the Human Body.
4. PERKEMBANGAN
ILMU DALAM ZAMAN PERTENGAHAN
Perkembangan berikutnya pada Zaman Pertengahan, ribuan
naskah pengetahuan dari Zaman Yunani Kuno yang terselamatkan diterjemahkan ke
dalam bahasa Arab oleh cendekiawan Muslim dan sebagian ditambahi catatan
ulasan. Abad VII dan VIII Kaum Muslim menguasai wilayah-wilayah Asia Kecil
sampai Mesir dan Spanyol. Kota-kota yang merupakan pusat-pusat kebudayaannya
ialah Bagdad, Damaskus, Kairo, Kordoba, dan Toledo. Ilmuwan-ilmuwan Muslim yang
terkenal seperti Jabir Ibn Hayyan (721-815 M) terkenal dalam Pengetahuan Kimia
dan obat-obatan, Al-Razi (865-925 M) dan Ibnu Sina (980-1037 M) adalah ahli
ilmu Kedokteran, serta Ibn al-Haytham (965-1038 M) terkenal dalam Ilmu
Penglihatan.
JABIR
IBN HAYYAN (721- 815 M),
dikenal dengan nama Geber di dunia Barat. Kontribusi terbesar Jabir adalah
dalam bidang kimia. Keahliannya diperoleh dengan berguru pada Barmaki Vizier
pada masa pemerintahan Harun Ar-Rasyid di Baghdad. Ia mengembangkan teknik
eksperimentasi sistematis di dalam penelitian kimia, sehingga setiap eksperimen
dapat direproduksi kembali. Jabir menekankan bahwa kuantitas zat berhubungan
dengan reaksi kimia yang terjadi, sehingga dapat dianggap Jabir telah merintis
ditemukannya Hukum Perbandingan Tetap. Kontribusi lainnya antara lain dalam
penyempurnaan proses kristalisasi, distilasi, kalsinasi, sublimasi dan
penguapan serta pengembangan instrumen untuk melakukan proses-proses tersebut.
AL-RAZI
(865-925), seorang
dokter klinis yang terbesar pada masa itu dan pernah mengadakan satu penelitian
Al-Kimi atau sekarang lebih terkenal dengan sebutan ilmu Kimia. Di dalam
penelitiannya pada waktu itu Al-Razi sudah menggunakan peralatan khusus dan
secara sistimatis hasil karyanya dibukukan, sehingga orang sekarang tidak sulit
mempelajarinya. Bukunya tersebut merupakan suatu buku pegangan laboratorium
Kimia yang pertama di dunia. Selain itu, Al-Razi mengerjakan pula proses
kimiawi, seperti distilasi, kalsinasi, dan sebagainya. Al-Razi juga adalah
orang pertama yang membuat jahitan pada perut dengan benang yang dibuat dari
serat, dan orang pertama yang berhasil membedakan antara penyakit cacar dengan
campak. Buku karya Al-Razi paling termasyhur berjudul Al-Hawi Fi Ilm Al-Tadawi
yang terdiri atas 30 jilid dan dirangkum ke dalam 12 bagian, dan Al-Mansuri
yang berisi tentang pembedahan seluruh tubuh manusia.
IBNU
HAITHAM (965-1038 M),
dikenal oleh kalangan cerdik pandai di Barat dengan nama Alhazen, adalah
seorang ilmuwan Islam yang ahli dalam bidang sains, falak, matematika,
geometri, pengobatan, dan filsafat. Ia banyak pula melakukan penyelidikan
mengenai cahaya, dan memberikan ilham kepada Ahli Sains Barat, seperti Boger,
Bacon, dan Kepler dalam menciptakan mikroskop serta teleskop. Karyanya yang
terkenal adalah tentang optik pada tahun 1000 M dalam Book of Optics dan On
Twilight Phenomena. Selain itu, masih ada buku karangannya berupa Al Jami fi
Usul alHisab yang berisi teori-teori ilmu metamatik dan penganalisaannya, kitab
Al-Tahlil wa al Tarkib mengenai ilmu geometri, kitab Tahlil aimasa’il al
Adadiyah tentang algebra, Maqalah fi Istikhraj Simat al Qiblah yang mengupas
tentang arah kiblat, Maqalah fima Tadu llaih mengenai penggunaan geometri dalam
urusan hukum syarak, dan Risalah Fi Sina at al-Syir mengenai teknik penulisan
puisi.
IBNU
SINA (980-1037 M),
dikenal sebagai Avicenna di Dunia Barat. Ia adalah seorang filsuf, ilmuwan, dan
juga dokter. Bagi banyak orang, beliau adalah Bapak Pengobatan Modern dan masih
banyak lagi sebutan baginya yang kebanyakan bersangkutan dengan karya-karyanya
di bidang kedokteran. Karyanya merupakan rujukan di bidang kedokteran selama
berabad-abad, di antaranya adalah The Book of Healing dan The Canon of Medicine
yang dikenal juga sebagai sebagai Al-Qanun fi At Tibb.
5. PERKEMBANGAN
ILMU DALAM ZAMAN RENAISSANCE (ABAD 14 – ABAD 17 M)
Zaman ini sering diartikan dengan kebangkitan, peralihan,
atau lahir kembali (rebirth), yaitu dilahirkannya kembali sebagai manusia yang
bebas untuk berpikir. Zaman ini juga disebut dengan peralihan dan kebangkitan
ketika kebudayaan abad tengah mulai berubah menjadi kebudayaan yang modern, dan
pemikiran yang terbebas dari dogma-dogma agama. Hal ini ditandai dengan
lahirnya penemuan-penemuan baru. Pada masa kebangkitan ini, ilmuwan-ilmuwan
baru mulai bermunculan. Mereka menemukan teori-teori atau konsep-konsep baru
yang menjadi sejarah dalam perkembangan ilmu.
Tokoh ilmuwan yang berpengaruh pada masa ini adalah Nicolaus
Copernicus (1473-1543 M), Andreas Vesalius (1514-1564 M), Tycho Brahe (1546
-1601 M), Francis Bacon (1561-1626 M), Galileo Galilei (1564-1642 M), dan
Johannes Kepler (1571-1630 M).
NICOLAUS
COPERNICUS (1473M-1543 M),
seorang astronom, matematikawan, dan ekonom yang berkebangsaan Polandia. Ia
mengembangkan teori Heliosentrisme (matahari sebagai pusat tata surya).
Teorinya tentang matahari sebagai pusat Tata Surya yang menjungkirbalikkan
teori Geosentris tradisional (yang menempatkan Bumi di pusat alam semesta)
dianggap sebagai salah satu penemuan yang terpenting sepanjang masa, dan
merupakan titik awal fundamental bagi astronomi modern dan sains modern (teori
ini menimbulkan revolusi ilmiah). Karya yang berjudul On the Revolutions of the
Heavenly Spheres (Mengenai perputaran Bola-Bola Langit) diterbitkan pada tahun
1543 M.
ANDREAS
VESALIUS (1514-1564 M),
seorang ahli anatomi. Karyanya berupa buku De Humanis Corporis Fabrica
(Pengerjaan Tubuh Manusia) dan Tabulae Anatomicae Sex. Karya ini menekankan
keutamaan pembedahan dan memperkenalkan isilah pandangan anatomis tubuh manusia
sehingga ia disebut sebagai pelopor masa anatomi manusia modern. Ia juga
membuktikan bahwa tulang dada (sternum) terdiri dari tiga bagian dan menulis
Radicis Chynae, sebuah teks pendek mengenai tumbuhan obat.
TYCHO
BRAHE (1546-1601 M),
seorang bangsawan Denmark yang terkenal sebagai astronom/astrolog dan kimiawan,
dan merupakan serta astronom pengamat yang paling menonjol di zaman
pra-teleskop. Akurasi pengamatannya pada posisi bintang dan planet tak
tertandingi pada zaman itu. Untuk penerbitan karyanya, Tycho memiliki mesin
cetak dan pabrik kertas. Asistennya yang paling terkenal adalah Johannes
Kepler.
FRANCIS
BACON (1561-1626 M),
seorang filsuf, negarawan, dan penulis Inggris. Karya-karyanya membangun dan
mempopulerkan metodologi induksi untuk penelitian ilmiah, seringkali disebut
metode Bacon atau metode ilmiah. Karya Francis Bacon yang terpenting adalah
Novum Organum berupa rincian sistem logika yang ia yakini akan lebih tinggi
daripada cara lama silogisme, yang dikenal sebagai metode Bacon. Karya ini
sangat penting dalam perkembangan historis metode ilmiah.
GALILEO
GALILEI (1564-1642 M),
seorang astronom, filsuf, dan fisikawan Italia yang memiliki peran besar dalam
revolusi ilmiah. Sumbangannya dalam keilmuan antara lain adalah penyempurnaan
teleskop (dengan 32x pembesaran); menemukan satelit-satelit alami Jupiter,
yaitu Io, Europa, Callisto, serta Ganymede, dan bahwa bulan-bulan tersebut
muncul dan menghilang sebagai akibat dari pergerakan benda-benda tersebut
terhadap Jupiter, sehingga ia menyimpulkan bahwa keempat benda tersebut
mengorbit planet. Ia juga adalah salah satu orang Eropa pertama yang mengamati
bintik matahari, melaporkan adanya gunung dan lembah di bulan dan menyimpulkan
bahwa bulan itu “kasar dan tidak rata, seperti permukaan bumi sendiri”, tidak
seperti anggapan Aristoteles yang menyatakan bulan adalah bola sempurna.
Galileo juga mengamati planet Neptunus pada 1612 M namun ia tidak menyadarinya
sebagai planet di mana pada buku catatannya, Neptunus tercatat hanya sebagai
sebuah bintang yang redup. Buku karangannya adalah Dialogo soprai due massimi
sistemi del mondo yang kemudian diterbitkan di Florence pada 1632 M, dan
Discorsi e dimostrazioni matematiche, intorno à duenuove scienze diterbitkan di
Leiden pada 1638 M.
JOHANNES
KEPLER (1571-1630 M),
seorang tokoh penting dalam revolusi ilmiah, seorang astronom Jerman,
matematikawan dan astrolog. Ia paling dikenal melalui hukum gerakan planetnya.
Kepler sangat dihargai bukan hanya dalam bidang matematika, tetapi juga di
bidang optik dan astronomi. Penjelasan Kepler tentang pembiasan cahaya tertuang
dalam buku Supplement to Witelo, Expounding the Optical Part of Astronomy
(Suplemen untuk Witelo, Menjabarkan Bagian Optik dari Astronomi). Buku Kepler
tersebut adalah tonggak sejarah di bidang optik. Ia adalah orang pertama yang
menjelaskan cara kerja mata. Kepler memahami bahwa matahari bukan sekadar pusat
dari tata surya. Matahari juga berfungsi seperti sebuah magnet, berputar pada
porosnya dan mempengaruhi gerakan planet-planet. Menurut Kepler, semua planet
adalah benda-benda fisik yang dengan harmonis diatur oleh serangkaian hukum
yang beragam. Apa yang telah ia pelajari dari Mars dan Bumi pasti berlaku juga
atas semua planet. Jadi, ia menyimpulkan bahwa setiap planet mengitari matahari
dalam orbit elips pada kecepatan yang bervariasi sesuai dengan jaraknya dari matahari.
Karya Kapler yang lain berupa buku Mysterium cosmographicum (Misteri
Kosmografis), Astronomiae Pars Optica (Bagian Optik dari Astronomi), De Stella
nova in pede Serpentarii (Tentang Bintang Barudi Kaki Ophiuchus), Astronomia
nova (Astronomi Baru), Dioptrice, Epitomeastronomiae Copernicanae, Harmonice
Mundi (Keharmonisan Dunia), Tabulae Rudolphinae (Tabel-Tabel Rudolphine), dan
Somnium (Mimpi ).
6. PERKEMBANGAN
ILMU DALAM ZAMAN MODERN
Perkembangan ilmu pada zaman ini sebenarnya sudah terintis
mulai dari abad 15 M tetapi indikator yang nyata terlihat jelas pada abad 17 M
dan berlangsung hingga abad 20 M. Hal ini ditandai dengan adanya
penemuan-penemuan dalam bidang ilmiah. Menurut Slamet Iman Sontoso, dalam buku
yang disusun oleh Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM (2001:79) ada tiga sumber pokok
yang menyebabkan berkembangnya ilmu pengetahuan di Eropa dengan pesat, yaitu
hubungan antara kerajaan Islam di Semenanjung Iberia dengan negara Perancis,
Perang Salib (1100-1300 M), dan jatuhnya Istambul ke tangan Turki pada tahun
1453 M.
Pada zaman ini, Eropa merupakan basis perkembangan ilmu
dengan ilmuwan yang populer. Tokoh-tokoh yang menjadi pioner pada masa
ini adalah Rene Dekrates, Isaac Newton, Charles R. Darwin, J. J. Thompson,
Michael Faraday, Blaise Pascal, dan Auguste Comte.
ISAAC
NEWTON (1643-1727M),
seorang fisikawan, matematikawan, ahli astronomi, filsuf alam, kimiwan, dan
teolog. Bahkan ia dikatakan sebagai Bapak Ilmu Fisika Klasik. Karya bukunya
Philosophiæ Naturalis Principia Mathematica meletakkan dasar-dasar mekanika
klasik (menjabarkan hukum gravitasi dan tiga hukum gerak yang mendominasi
pandangan sains mengenai alam semesta selama tiga abad). Buku-buku karyanya
adalah Method of Fluxions (1671), De Motu Corporum (1684), Opticks (1704),
Reports as Master of the Mint (1701-1725), Arithmetica Universalis (1707), dan
An Historical Account of Two Notable Corruptions of Scripture (1754).
RENÉ
DESCARTES (1596-1650 M),
dikenal juga sebagai Renatus Cartesius, adalah seorang filsuf dan matematikawan
Perancis. Karyanya yang terpenting ialah Discours de laméthode (1637) dan
Meditationes de prima Philosophia (1641). Descartes kadang disebut juga sebagai
Penemu Filsafat Modern dan Bapak Matematika Modern. Pemikirannya berupa konsep
“Aku berpikir maka aku ada (I think, therefore I am)” membuat sebuah revolusi
falsafi di Eropa karena pendapatnya yang revolusioner bahwa semuanya tidak ada
yang pasti, kecuali kenyataan bahwa seseorang bisa berpikir. Meski paling
dikenal karena karya-karya filosofinya, ia juga terkenal sebagai pencipta
sistem koordinat Kartesius, yang mempengaruhi perkembangan kalkulus modern.
CHARLES
ROBERT DARWIN (1809-1882 M),
seorang naturalis Inggris yang teori revolusionernya meletakkan landasan bagi
teori evolusi modern dan prinsip garis keturunan yang sama (common descent)
dengan mengajukan seleksi alam sebagai mekanismenya. Teori ini sekarang
dianggap sebagai komponen integral dari biologi (ilmu hayat). Bukunya On the
Origin of Species by Means of Natural Selection, or The Preservation of
Favoured Races in the Struggle for Life (biasanya disingkat menjadi The Origin
of Species) merupakan karyanya yang paling terkenal sampai sekarang. Buku ini
menjelaskan evolusi melalui garis keturunan yang sama sebagai penjelasan ilmiah
yang dominan mengenai keanekaragaman di dalam alam.
JOSEPH
JOHN THOMSON (1856-1940M),
seorang ilmuwan yang menemukan electron dan mengetahui bahwa gas mampu
menghantar listrik. Ia menjadi perintis ilmu fisika nuklir. Struktur atom yang
menjadi fokus Thomson ditulis dalam bukunya yang berjudul Treatise on the
Motion of Vortex Rings, Application of Dynamicsto Physics and Chemistry, Notes
on Recent Researches in Electricity and Magnetism, Properties of Matter,
Elements of the Mathematical, Theory of Electricity and Magnetism, Discharge of
Electricity through Gases, The Structure of Light, The Corpuscular Theory of
Matter, Rays of Positive Electricity, The Electron in Chemistry, dan Conduction
of Electricity through Gases.
MICHAEL
FARADAY (1791-1867 M),
dijuluki sebagai Bapak Listrik yang karena penemuannya, listrik menjadi
teknologi yang banyak manfaatnya hingga sekarang. Ilmuwan lainnya adalah BLAISE
PASCAL (1623-1662 M), seorang ahli matematika, fisika, dan filsuf dengan
karyanya memberikan kontribusi penting pada pembangunan mekanis kalkulator.
Selain itu, AUGUSTE COMTE (1798-1857 M), tokoh yang mengusung “Filsafat
Positivisme” dengan karyanya Cours De Philosophie Positive (Uraian tentang
filsafat positivisme). Istilah “positif” ini sebagai sesuatu yang nyata, tepat,
pasti, dan memberi manfaat.
7. PERKEMBANGAN DALAM ZAMAN KONTEMPORER (ABAD KE-20 HINGGA SEKARANG)
Zaman ini bermula dari abad 20 M dan masih berlangsung
hingga saat ini. Zaman ini ditandai dengan adanya teknologi-teknologi canggih,
dan spesialisasi ilmu-ilmu yang semakin tajam dan mendalam. Pada zaman ini,
bidang fisika menjadi titik pusat perkembangan ilmu. Hal ini disebabkan karena
fisika dipandang sebagai dasar ilmu pengetahuan yang subjek materinya
mengandung unsur-unsur fundamental yang membentuk alam semesta. Sebagian besar
aplikasi ilmu dan teknologi di abad ke-21 merupakan hasil penemuan mutakhir di
abad ke-20. Ilmuwan yang menonjol dan banyak dibicarakan adalah fisikawan, di
antaranya yang paling terkenal adalah ALBERT EINSTEIN (1879 – 1955 M) yang
mengemukakan teori relativitas dan banyak memberikan kontribusi bagi
pengembangan mekanika kuantum, mekanika statistik, dan kosmologi.
Ilmuwan
lain pada zaman ini di antaranya LINUS PAULING (1953) dengan puncak karyanya dalam pemodelan fisik DNA. Pada tahun ini juga
JAMES D. WATSON, FRANCIS CRICK, dan ROSALIND FRANKLIN menjelaskan struktur
dasar DNA, bahan genetik untuk mengungkapkan kehidupan dalam segala bentuknya.
Hal ini memicu rekayasa genetika yang dimulai tahun 1990 untuk memetakan
seluruh genom manusia (dalam Human Genome Project) dan disebut-sebut berpotensi
memiliki manfaat medis yang besar. Pada tahun 1925, WERNER HEISENBERG dan ERWIN
SCHRÖDINGER memformulasikan mekanika kuantum yang menjelaskan teori kuantum
sebelumnya. Kemudian ada juga pengamatan oleh EDWIN HUBBLE pada tahun 1929
bahwa kecepatan di mana galaksi surut berkorelasi positif dengan jarak yang
mengarah pada pemahaman bahwa alam semesta mengembang, dan perumusan teori Big
Bang oleh GEORGES LEMAITRE. Di bidang Geologi yang paling fenomenal adalah
teori pergeseran benua oleh ALFRED WEGENER.
Selain itu, teknologi komunikasi dan informasi juga berkembang pesat pada zaman ini. Beberapa penemuan dilansir telah merubah warna dunia, yaitu Listrik, Elektronika (transistor dan IC), Robotika, TV dan Radio, Teknologi Nuklir, Mesin Transportasi, Komputer, Internet, Pesawat Terbang, Telepon dan Seluler, Rekayasa Pertanian dan DNA, Perminyakan, Teknologi Luar Angkasa, AC dan Kulkas, Rekayasa Material, Teknologi Kesehatan (laser, IR, USG), Fiber Optic, Fotografi (kamera, video), dan lain-lain.
Selain itu, teknologi komunikasi dan informasi juga berkembang pesat pada zaman ini. Beberapa penemuan dilansir telah merubah warna dunia, yaitu Listrik, Elektronika (transistor dan IC), Robotika, TV dan Radio, Teknologi Nuklir, Mesin Transportasi, Komputer, Internet, Pesawat Terbang, Telepon dan Seluler, Rekayasa Pertanian dan DNA, Perminyakan, Teknologi Luar Angkasa, AC dan Kulkas, Rekayasa Material, Teknologi Kesehatan (laser, IR, USG), Fiber Optic, Fotografi (kamera, video), dan lain-lain.
Berikut ini merupakan sejarah
perkembangan Ilmu pengetahuan ditinjau dari gejala-gejala yang dihadapi pada
massa itu.
1. Animisme
Tugas manusia pada dasarnya adalah mengerti segenap gejala yang ditemuinya dalam kehidupan untuk mampu untuk menghadapi masalah-masalah yang ditimbulkannya. Manusia primitif, ketika mendengar petir dan kilat yang menyambar-nyambar diikuti hujan deras, mungkin serta diikuti dengan banjir harus merenung kebingungan , kapan semua ini berhenti dan apakah yang sebenarnya terjadi.
Antropologi dan sejarah menunjukkan bahwa manusia pertama kali menemukan berbagai gejala alam sebagai perbuatan dewa, setan, dan makhluk halus. Bahkan sampai pada hari ini upacara-upacara pada suku-suku primitif masih ditujukan untuk menyenangkan hati para makhluk-makhluk tersebut dan meminta pertolongan. Keadaan yang bersifat gaib atau yang bersifat animistis ini belum sepenuhnya berlaku bahkan pada beberapa golongan yang beradab. Bukan hal yang aneh, bahwa masyarakat modern percaya dalam hal-hal yang belum dapat dijelaskan.
Tugas manusia pada dasarnya adalah mengerti segenap gejala yang ditemuinya dalam kehidupan untuk mampu untuk menghadapi masalah-masalah yang ditimbulkannya. Manusia primitif, ketika mendengar petir dan kilat yang menyambar-nyambar diikuti hujan deras, mungkin serta diikuti dengan banjir harus merenung kebingungan , kapan semua ini berhenti dan apakah yang sebenarnya terjadi.
Antropologi dan sejarah menunjukkan bahwa manusia pertama kali menemukan berbagai gejala alam sebagai perbuatan dewa, setan, dan makhluk halus. Bahkan sampai pada hari ini upacara-upacara pada suku-suku primitif masih ditujukan untuk menyenangkan hati para makhluk-makhluk tersebut dan meminta pertolongan. Keadaan yang bersifat gaib atau yang bersifat animistis ini belum sepenuhnya berlaku bahkan pada beberapa golongan yang beradab. Bukan hal yang aneh, bahwa masyarakat modern percaya dalam hal-hal yang belum dapat dijelaskan.
2. Ilmu Empiris
Lambat laun manusia menyadari bahwa gejala alam dapat diterangkan sebab-musibah alam suatu langka yang paling penting yang menandai suatu permulaan ilmu sebagai suatu pendekatan yang sistematis dalam pemecahan masalah. Perkembangan kearah ini berlangsung lambat. Perkiraan yang kasar dan tidak sistematis secara lambat laun memberi jalan kepada observasi yang lebih sistematisdan kritis; kemudian kepada pengujian hipotesissecara sistematis dan teliti dibawah kondisi yang dikontrol meskipun meskipun hipotesis-hipotesis ini masih terpisah; dan pada akhirnya kepada pengembanga teori yang menyatuhkan penemuan-penemuan terpisah tersebut kedalam suatu yang terstruktur yang utuh, dan kapada formulasi pengujian secara sistematis dan teliti dari hipotesis yang telah terintegrasi yang telah diturunkan dari teori tertentu.
Proses ini dapat dibagi menjadi dua tahap perkembangan yang salinag bertautan : (1). Tingkat Empiris, dimana ilmu terdiri dari hubungan yang empiris yang ditemukan dalam berbagai gejala dalam bentuk-bentuk X , menyebabkan Y tanpa mengetahui mengapa hal ini terjadi. (2). Tingkat Teoritis, mengembangkan suatu struktur teoritis yang tidak saja menerangkan hubungan empiris yang terpisah-pisah, namun juga mengintegrasikannya menjadi pola yang berarti. Tingakt ini merupakan tahap yang paling maju dari ilmu, suatu tahap yang belum dicapai secara penuh oleh satupun disiplin ilmu-ilmu yang telah ada sekarang, apalagi oleh ilmu-ilmu sosial
Lambat laun manusia menyadari bahwa gejala alam dapat diterangkan sebab-musibah alam suatu langka yang paling penting yang menandai suatu permulaan ilmu sebagai suatu pendekatan yang sistematis dalam pemecahan masalah. Perkembangan kearah ini berlangsung lambat. Perkiraan yang kasar dan tidak sistematis secara lambat laun memberi jalan kepada observasi yang lebih sistematisdan kritis; kemudian kepada pengujian hipotesissecara sistematis dan teliti dibawah kondisi yang dikontrol meskipun meskipun hipotesis-hipotesis ini masih terpisah; dan pada akhirnya kepada pengembanga teori yang menyatuhkan penemuan-penemuan terpisah tersebut kedalam suatu yang terstruktur yang utuh, dan kapada formulasi pengujian secara sistematis dan teliti dari hipotesis yang telah terintegrasi yang telah diturunkan dari teori tertentu.
Proses ini dapat dibagi menjadi dua tahap perkembangan yang salinag bertautan : (1). Tingkat Empiris, dimana ilmu terdiri dari hubungan yang empiris yang ditemukan dalam berbagai gejala dalam bentuk-bentuk X , menyebabkan Y tanpa mengetahui mengapa hal ini terjadi. (2). Tingkat Teoritis, mengembangkan suatu struktur teoritis yang tidak saja menerangkan hubungan empiris yang terpisah-pisah, namun juga mengintegrasikannya menjadi pola yang berarti. Tingakt ini merupakan tahap yang paling maju dari ilmu, suatu tahap yang belum dicapai secara penuh oleh satupun disiplin ilmu-ilmu yang telah ada sekarang, apalagi oleh ilmu-ilmu sosial
Tahapan-tahapan
untuk terbentuknya suatu konsep ilmu adalah sebagai berikut :
1. Pengalaman
Kiranya jelas bahwa titik tolak ilmu pada tahap yang paling permulaan adalah pengalaman, apakah itu Hujan angin, petir, gerhana dan sebagainya. Dalam tahap permulaan ilmu harus berhadapan dengan penambahan pengalaman dan kritik terhadap pengalaman. Kemudian lewat sebuak klasifikasi dan sistematisasi pengalaman menjadi sejumlah kecil prinsip dasar, yang bersifat lebih umum dan diterapakna dengan lebih luas.
2. Klasifikasi
Prosedur yang paling dasar untuk mengubah data terpisah menjadi dasar yang fungsional adalah klasifikasi. Suatu prosedur yang pokok dalam suatu penelitian, karena hal ini merupakan cara yang sederhana dan cermat dalam memahami sebagian besar data.
3. kuantifikasi
Tahap yang pertama dalam perkembangan ilmu adalah pengumpulan dan penjelasan pengalaman, dimana kemudian segera menyebabkan adanya kebutuhan untuk mengkuantifikasikan observasi tersebut.
4. Penemuan Hubungan-hubungan
Lewat dari klasifikasi-klasifikasi yang berbeda-beda, sering terjadi bahwa kita melihat adanya hubungan yang fungsional tertentu antara aspek-aspek komponennya. Banyak dari hubungan yang telah ditemukan merupakan sesuatu yang taklebih dari hubungan yang didasarkan pada kenyataan bahwa gejala tersebut muncul secara bersamaan.
5. Perkiraan Kebenaran
Ilmuan pada umumnya menaruh perhatian pada hubungan yang lebih fundamental dari pada hubungan yang tampak pada kulitnya. Disini terlihat dua langakah fundamental dalam perkembangan ilmu : proses perkiraan kebenaran yang terus menerus dan proses pendefinisian kembali masalah ditinjau dari keberhasilan atau kegagalan perkiraan tersebut.
1. Pengalaman
Kiranya jelas bahwa titik tolak ilmu pada tahap yang paling permulaan adalah pengalaman, apakah itu Hujan angin, petir, gerhana dan sebagainya. Dalam tahap permulaan ilmu harus berhadapan dengan penambahan pengalaman dan kritik terhadap pengalaman. Kemudian lewat sebuak klasifikasi dan sistematisasi pengalaman menjadi sejumlah kecil prinsip dasar, yang bersifat lebih umum dan diterapakna dengan lebih luas.
2. Klasifikasi
Prosedur yang paling dasar untuk mengubah data terpisah menjadi dasar yang fungsional adalah klasifikasi. Suatu prosedur yang pokok dalam suatu penelitian, karena hal ini merupakan cara yang sederhana dan cermat dalam memahami sebagian besar data.
3. kuantifikasi
Tahap yang pertama dalam perkembangan ilmu adalah pengumpulan dan penjelasan pengalaman, dimana kemudian segera menyebabkan adanya kebutuhan untuk mengkuantifikasikan observasi tersebut.
4. Penemuan Hubungan-hubungan
Lewat dari klasifikasi-klasifikasi yang berbeda-beda, sering terjadi bahwa kita melihat adanya hubungan yang fungsional tertentu antara aspek-aspek komponennya. Banyak dari hubungan yang telah ditemukan merupakan sesuatu yang taklebih dari hubungan yang didasarkan pada kenyataan bahwa gejala tersebut muncul secara bersamaan.
5. Perkiraan Kebenaran
Ilmuan pada umumnya menaruh perhatian pada hubungan yang lebih fundamental dari pada hubungan yang tampak pada kulitnya. Disini terlihat dua langakah fundamental dalam perkembangan ilmu : proses perkiraan kebenaran yang terus menerus dan proses pendefinisian kembali masalah ditinjau dari keberhasilan atau kegagalan perkiraan tersebut.
3. Ilmu Teoritis
Tingkat yang paling akhir dari ilmu teoritis, dimana hubungan dan gejala yang ditemukan dalam ilmu empiris diterangkan dengan dasar suatu kerangka pemikiran tentang sebab-musabab sebagai langkah untuk meramalkan dan menentukan cara untuk mengontrol kegiatan agar hasil yang diharapkan dapata dicapai. Kelebihan ilmu teoritis ilmu empiris secara mudah dapat dilihat dengan memperhatikan keterbatasan ilmu empiris tersebut dan ilmu teoritis dapat memperpendek proses untuk sampai pada pemecahan masalah.
Tingkat yang paling akhir dari ilmu teoritis, dimana hubungan dan gejala yang ditemukan dalam ilmu empiris diterangkan dengan dasar suatu kerangka pemikiran tentang sebab-musabab sebagai langkah untuk meramalkan dan menentukan cara untuk mengontrol kegiatan agar hasil yang diharapkan dapata dicapai. Kelebihan ilmu teoritis ilmu empiris secara mudah dapat dilihat dengan memperhatikan keterbatasan ilmu empiris tersebut dan ilmu teoritis dapat memperpendek proses untuk sampai pada pemecahan masalah.
Setelah uraian-uraian di atas, selanjutnya terdapat tabel klasifikasi perkembangan
sebagian ilmu pengetahuan dari masa ke masa berdasarkan periodenya sebagai
berikut :
ILMU-ILMU
2000
SM-300 M
300 M-1400
M
1400
M-1600 M
Abad ke-17
Abad ke-18
Abad ke-19
Abad ke-20
MATEMATIKA
Ilmu
Hitung
Geometri
Logika
Teori
Bilangan Aljabar
Geometri
Analitik
Trigonometri
Probabilitas
dan Statistika
Persamaan
Diferensial
Kalkulus
Geometri
Analistis
Topologi
Teori
Informasi
Teori
Fungsi
Geometri
Non-Euclid
Logika
Matematik
FISIKA
Mekanika
Optika
Termodinamika
Keelektrikan dan Kemagnetan
Kristalogi
Cryogenik
Mekanika
Statistika
Mekanika
Kwantum
Fisika
Partikel
Fisika
Nuklir
Fisika
Plasma
Fisika
Atom
Fisika
Molekul
Fisika
Zadat
Fisika
Relativitas
KIMIA
Alkimia
Kimia
Aroganik
Kimia
Kedokteran
Kimia
Analistis
Pharmakologi
Biokimia
Kimia Organik
Fisika
Kwantum
Kimia
Fisika
Kimia
Nuklir
Kimia
Polimer
ASTRONOMI
Kosmologi
Astronomi
Posisionil
Mekanika
Benda Langit
Astronomi
Fisika
Astronautika
Radio
Astronomi
Astrofisika
GEOLOGI
Eksplorasi
Geodesi
Mineralogi
Meteorologi
Geofisika
Statigrafi
Sejarah
Geologi
Paleontologi
Mineralogi
Petrologi
Geormorphologi
Geografi
Fisika/Fisis
Srtuktur
Geologi
Geokimia
Hidrologi
Oceanografi
BIOLOGI
Ilmu
Obat-obatan
Phisiologi
Anatomi
Botani dan
Zoologi
Embriologi
Pathologi
Mikrobiologi
Taksonomi
Biofisika
Anatomi
Perbandingan
Citologi
Histologi
Biokimia
Ekologi
Radiobiologi
Biologi
Molekul
Genetika
SOSIAL
Pemerintahan
Sejarah
Filsafat
Politik
Ekonomi
Arkeologi
Antropologi
Fisik
Sosiologi
Antropologi
Budaya
Psikologi
C.
JENIS-JENIS ILMU PENGETAHUAN
Jenis-jenis ilmu sangat beragam. Ada ilmu yang membahas
tentang tubuh manusia, hubungan antar manusia, kesehatan manusia, alam semesta,
komunikasi antara individu, tumbuhan, binatang, spiritual, dan lain-lain.
Kesemuanya memberikan sumbangan yang sangat berharga bagi kehidupan manusia.
Pengelompokan
jenis-jenis ilmu secara umum
Jenis-jenis ilmu secara umum
diklasifikasikan menjadi lima kelompok, yaitu:
- Ilmu kerohanian, ilmu yang
mempelajari hal-hal yang bersifat spiritual.
- Ilmu matematika, ilmu yang
mempelajari tentang hitungan, bilangan, himpunan, logaritma, aritmetika,
dan lain-lain.
- Ilmu pengetahuan alam, ilmu
yang mempelajari tentang alam, yaitu makhluk hidup (hayati) dan fisika
(bukan hayati).
- Ilmu behavior, ilmu tentang perilaku
hewan (animal behavior) dan perilaku manusia (human behavior). Human
behavior sering dikenal dengan ilmu sosial.
- Ilmu bahasa, ilmu yang
mempelajari alat komunikasi agar memudahkan berinteraksi.
Penyusunan
jenis-jenis ilmu dari segi terapan
Adapun Bierstedt menyusun ilmu dari
segi terapan ke dalam dua bagian, yaitu:
v Ilmu murni (Pure science), ilmu yang
bertujuan untuk mengembangkan dan membentuk pengetahuan secara abstrak sehingga
meningkatkan kualitas ilmu itu sendiri tanpa menggunakannya dalam masyarakat.Misalnya:
seorang ahli fisika (ilmu alam) tidak bertugas membangun jembatan, seorang ahli
kimia bukan untuk membuat obat-obatan, ahli sosiologi membantu petugas
administrasi pembentuk peraturan dengan gagasan-gagasannya.Jenis-jenis ilmu
yang termasuk kelompok ilmu murni, yaitu:
o Ilmu Pasti
o Ilmu Kimia
o Ilmu Hukum
o Astronomi
o Ilmu Hewan
o Ilmu Tumbuh-tumbuhan
o Ilmu Faal
o Ilmu Ekonomi
o Ilmu Sejarah
o Ilmu Alam
o Geologi
o Sosiologi
o Ilmu Manajemen
o Ilmu Politik
v Ilmu terapan atau terpakai (Applied
science), ilmu yang ditujukan untuk membantu masyarakat dengan menggunakan dan
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Jenis-jenis ilmu yang termasuk
kelompok ilmu terapan, yaitu:
o Pertanian
o Teknologi
o Kedokteran
o Navigasi
o Politik
o Perundang-undangan
o Pertambangan
o Jurnalistik
o Akuntansi
o Farmasi
o Pencangkokan
o Perusahaan
o Manajemen
Untuk mengetahui lebih lanjut
tentang jenis-jenis ilmu secara khusus, silakan lihat juga pengetahuan yang
lain yang sesuai dengan kebutuhan anda.
D.
DAMPAK PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN
Setelah mengetahui pengertian dan sejarah serta jenis dari ilmu
pengetahuan. Selanjutnya yang harus diketahui adalah dampak dari perkembangan
ilmu pengetahuan. Adapun dampak dari ilmu pengetahuan sebagai berikut :
1. Dampak
positifnya adalah semakin mempermudah kehidupan manusia.
2. Dampak negatifnya adalah
semakin mengancam kehidupan manusia
terutama dalam hal kesehatan dan pemikiran.
Oleh karena itu, agar tatanan kehidupan
manusia di dunia ini tetap lestari, maka perkembangan ilmu mesti diiringi
dengan pengembangan moral-spiritual manusia itu sendiri. Perkembangan ilmu
tanpa pengembangan moral-spiritual bisa menjadi ancaman bagi kehidupan manusia
seperti yang bisa kita rasakan akhir-akhir ini yang berupa penyalahgunaan
teknologi nuklir. Demikian pula pengembangan moral-spiritual tanpa diiringi
perkembangan ilmu bisa menjadikan sebagian manusia kurang kreatif seperti yang
terjadi pada orang Kristen pada zaman kegelapan Eropa. Dengan kata lain, antara
otak dan hati harus mendapatkan porsi perhatian yang seimbang. Sejarah sudah
membuktikannya. Sejarah merupakan disiplin ilmu yang memiliki validitas
kebenaran yang tinggi sehingga layak dijadikan bahan untuk mengambil pelajaran
(‘ibrah).
DAFTAR PUSTAKA
[1]Gordon Childe, What Happened in
History (Harmondswort: Penguin Books Ltd, 1975), 13.
[2]Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu (Jakarta:
Rajawali Pers, 2010), 16-17.
[3]Maskoeri Jasin, Ilmu Alamiah
Dasar (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2003), 35-39.
[4]Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu,
21-129.
[5]George J. Mouly, “Perkembangan
Ilmu”, dalam Ilmu dalam Perspektif: Sebuah Kumpulan Karangan Tentang Hakekat
Ilmu, ed. Jujun S. Suriasumantri (Jakarta: Gramedia, 1991), 87.
[6]Soetriono dan SDRm Rita Hanafie,
Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian (Yogyakarta: Andi Offset Yogya, 2007),
117.
[7]Muhammad Husain Haekal, Sejarah
Hidup Muhammad (Jakarta: Litera AntarNusa, 1996), 1.
[8]George J. Mouly, “Perkembangan
Ilmu”, 87.
[9]Muhammad Husain Haekal, Sejarah
Hidup Muhammad, 1.
[10]Betrand Russell, Sejarah
Filsafat Barat dan Kaitannya dengan Kondisi Sosio-Politik dari Zaman Kuno
hingga sekarang (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), 6.
[11]Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu,
21-23.
[12]Ibid., 23-27. Lihat juga: Ahmad
Tafsir, Filsafat Umum: Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Chapra (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2005), 48-49.
[13]Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu,
27-28.
[14]Ibid., 29-31.
[15]Louis O. Kattsoff, Pengantar
Filsafat (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2004), 257.
[16]Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu,
43.
[17]Harun Nasution, Islam Rasional
(Bandung: Mizan, 1998), 7.
[18]W. Montgomery Watt, Islam dan
Peradaban Dunia: Pengaruh Islam atas Eropa Abad Pertengahan (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 1997), 44-45.
[19]Ibid., 47-50.
[20]Ibid., 51-52.
[21]Pembahasan lebih detil tentang
sosok, karya, dan pengaruh Abū Bakar Muḥammad
ibn Zakariyyā al-Rāzī bisa dibaca dalam: Lenn E. Goodman, “Muḥammad ibn Zakariyyā al-Rāzī”, dalam Ensiklopedi Tematis
Filsafat Islam, Vol. 1, ed. Seyyed Hossein Nasr dan Oliver Leaman (Bandung:
Mizan, 2003), 243-265.
[22]W. Montgomery Watt, Islam dan
Peradaban Dunia: Pengaruh Islam atas Eropa Abad Pertengahan, 52-56.
[23]Ibid., 57-58.
[24]Ibid., 58.
[25]Ibid., 60-61.
[26]Felix Klein-Franke, “Al-Kindī”,
dalam Ensiklopedi Tematis Filsafat Islam, Vol. 1, ed. Seyyed Hossein Nasr dan
Oliver Leaman (Bandung: Mizan, 2003), 209-210.
[27]Betrand Russell, Sejarah
Filsafat Barat dan Kaitannya dengan Kondisi Sosio-Politik dari Zaman Kuno
hingga sekarang, 567.
[28]Ahmad Tafsir, Filsafat Umum:
Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Chapra, 125-126 dan Amsal Bakhtiar, Filsafat
Ilmu, 49-50.
[29]Ibid., 126.
[30]Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu,
51-52.
[31]Maskoeri Jasin, Ilmu Alamiah
Dasar, 58.
[32]Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu,
55.
[33]Ibid., 57-62.
[34]Ibid., 68-71.
[35]Maskoeri Jasin, Ilmu Alamiah
Dasar, 202.
[36]Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu,
79.
[37]Ibid., 76-77.
[38]Henry Margenau dan David
Bergamini, The Scientist (New York: Time Inc., 1964), 86-99, yang diolah oleh
Jujun Suriasumatri, “Tentang Hakekat Ilmu: Sebuah Pengantar Redaksi”, dalam
Ilmu dalam Perspektif: Sebuah Kumpulan Karangan Tentang Hakekat Ilmu, ed. Jujun
S. Suriasumantri (Jakarta: Gramedia, 1991), 14-15.
[39]Soetriono dan SDRm Rita Hanafie,
Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian, 120.
No comments:
Post a Comment