POLA PIKIR MANUSIA
Setiap manusia pasti memiliki pola pikir dan cara pandang
tentang segala hal, karena pada setiap manusia dilengkapi dengan akal. Pola
pikir membentuk kepribadian yang sangat unik dalam hidup manusia. Hal ini
terutama terlihat dalam pola kita menentukan cita-cita, impian dan tujuan
hidup.
Proses pembentukan kerangka berpikir dimulai sejak bayi
dalam kandungan. Dengan bertambahnya usia bertambah pula informasi yang masuk
ke dalam pikiran. Berapa banyak informasi yang masuk ke dalam pikiran ketika
seseorang sudah remaja, pemuda, dewasa, orang tua dan nenek-kakek kita tidak
tahu.
Informasi yang masuk ke dalam pikiran pun beragam, mulai
dari pengalaman diasuh oleh ibu, dididik orang tua, dididik oleh guru di taman
kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah menengah, dan kampus. Bukan hanya itu saja,
masih ada pengalaman-pengalaman unik dalam hidup kita seperti rasa cinta,
kerugian , atau kecelakaan. Secara tidak langsung pengalaman – pengalaman
kita membentuk pola pikir kita.
Pola pikir itu sendiri dapat timbul dengan sendirinya ketika
manusia itu terbentur oleh suatu permasalahan yang akhirnya menyebabkan
terbentuk karakternya oleh permasalahannya itu sendiri. Sehingga manusia itu
memiliki langkah atau antisipasi yang bermacam – macam dalam menyikapi setiap
permasalahan tersebut yang akan terekam sebagai suatu pengalaman.
Informasi yang masuk ke dalam pikiran membentuk ragam pola
dalam pikiran. Besarnya pola tergantung dari berapa sering informasi masuk ke
dalam pikiran dan berapa dalam kesan yang diberikannya. Semakin sering atau
semakin berkesan sebuah informasi semakin kuat pola pikir yang dibentuk.
Kuat atau besarnya pola pikir kita akan berpengaruh terhadap
informasi-informasi yang datang di kemudian hari. akan ada informasi yang
ditolak dan diterima dan ini tergantung dari pola yang dominan dalam pikiran
kita. Pola yang dominan inilah salah satu penyebab utama mengapa muncul
perbedaan pendapat atau perdebatan dalam percakapan, diskusi atau rapat.
Pandangan – pandangan hidup pada dasarnya terbentuk oleh
beberapa faktor yang sangat dominan mempengaruhi manusia, antara lain :
1. Cita – cita
2. Pengalaman
3. Pendidikikan
4. Pergaulan
Keempat faktor tersebut merupakan faktor yang membentuk dan
mempengaruhi pola pikir, kedewasaan dan pandangan hidup seseorang.
HUBUNGAN MANUSIA DENGAN AKAL PIKIRAN, JASMANI DAN ROHANI
Akal adalah suatau oeralatan rohaniah manusia yang berfungsi
untuk membedakan yang salah satu dan yang benar serta menganalisi sesuatu yang
kemampuannya tergantung pengalaman dan tingkat pendidikan pemiliknya. Akal
berfungsi untuk mengigat, menyimpulkan, menganalisa, menilai apakah sesuai
benar atau alah.
Jasmani adalah berhubungan dengan kesehatan dan rekreai
fisik, yang memberi kesanggupan untuk menjalankan hidup yang produktif dan
dapat menyesuaikan diri pada tiap pembeda fiik yang layak.
Rohani adalah sesuatu hal yang berasa diatas moral. Rohani
dikaitkan dengan hati, kalbu, jiwa, mental, fikiran dan sebagainya yang
mewujudkan sebagai suatu unsur peribadi manusia yang paling unik yang tidak
dapat dilihat oleh pancaindera. Tetapi gejala dalam kerjanya dapat dirasakan
misalnya: menangkap dan menyimpan pengertian, mengingat, berfikir, berkemahuan,
rindu, sedih, gembira dan sebagainya. Jika seseorang sehat rohaninya ia
akan memiliki kemampuan beramal yang tinggi, gairah bekerja dan bersemangat
untuk maju dalam kebaikan. Sebaliknya orang yang mengidap penyakit rohani akan
memperlihatkan kemundurannya dalam kemampuan bekerja, hilang gairah dan
semangatnya untuk maju. Yang menonjol hanyalah kelemahan dan kemalasan.
Ilmu
sosial dan nilai-nilai sosial
Ilmu sosial (social science) atau ilmu pengetahuan sosial (social
studies) adalah sekelompok disiplin akademis yang mempelajari aspek-aspek yang
berhubungan dengan manusia dan lingkungan sosialnya. Ilmu ini berbeda dengan
seni dan humaniora karena menekankan penggunaan metode ilmiah dalam mempelajari
manusia, termasuk metoda kuantitatif dan kualitatif. Istilah ini juga termasuk
menggambarkan penelitian dengan cakupan yang luas dalam berbagai lapangan
meliputi perilaku dan interaksi manusia di masa kini dan masa lalu. Cabang-cabang
utama dari ilmu sosial diantaranya ialah : ilmu ekonomi, hukum, politik,
sosiologi, antrapologi, psikologi, pendidikan, geografi, linguistik, sejarah
dan sosial budaya. Konsep kerangka berfikir ilmu sosial dalam pendekatannya ke
iptek pertahanan, menggunakan perangkat kebijakan pemerintah dalam bentuk
perundang-undangan serta melakukan kajian-kajian dengan data yang ada
dilapangan (secara faktual). Hasil
kajian/riset tersebut menghasilkan suatu khasanah baru yang mampu dijelaskan
secara nyata di lapangan.
Berbeda dengan ilmu sosial secara umum, dimana IPS tidak memusatkan diri
pada satu topik secara mendalam melainkan memberikan tinjauan yang luas
terhadap masyarakat.
Ilmu
sosial, dalam mempelajari aspek-aspek masyarakat secara subjektif,
inter-subjektif, dan objektif atau struktural, sebelumnya dianggap kurang
ilmiah bila dibanding dengan ilmu alam. Namun sekarang, beberapa bagian dari
ilmu sosial telah banyak menggunakan metoda kuantitatif. Demikian pula,
pendekatan interdisiplin dan lintas-disiplin dalam penelitian sosial terhadap
perilaku manusia serta faktor sosial dan lingkungan yang mempengaruhinya telah
membuat banyak peneliti ilmu alam tertarik pada beberapa aspek dalam metodologi
ilmu sosial.Penggunaan metoda kuantitatif dan kualitatif telah makin banyak
diintegrasikan dalam studi tentang tindakan manusia serta implikasi dan
konsekuensinya.
Pengertian
Nilai
sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang
dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat.
Untuk
menentukan sesuatu itu dikatakan baik atau buruk, pantas atau tidak pantas
harus melalui proses menimbang. Hal ini tentu sangat dipengaruhi oleh
kebudayaan yang dianut masyarakat. Tak heran apabila antara masyarakat yang
satu dan masyarakat yang lain terdapat perbedaan tata nilai.
Ciri-cirinya :
Ciri
nilai sosial di antaranya sebagai berikut.
1. Merupakan konstruksi masyarakat
sebagai hasil interaksi antarwarga masyarakat.
2. Disebarkan di antara warga
masyarakat (bukan bawaan lahir).
3. Terbentuk melalui sosialisasi
(proses belajar)
4. Merupakan bagian dari usaha
pemenuhan kebutuhan dan kepuasan sosial manusia.
5. Bervariasi antara kebudayaan yang
satu dengan kebudayaan yang lain.
6. Dapat memengaruhi pengembangan diri
sosial
7. Memiliki pengaruh yang berbeda
antarwarga masyarakat.
8. Cenderung berkaitan satu sama lain.
Klasifikasi
Berdasarkan ciri-cirinya, nilai sosial dapat
dibagi menjadi dua macam, yaitu nilai dominan dan nilai mendarah daging (internalized
value).
1. Nilai dominan
Nilai dominan adalah nilai yang dianggap
lebih penting daripada nilai lainnya. Ukuran dominan tidaknya suatu nilai
didasarkan pada hal-hal berikut.
1. Banyak
orang yang menganut nilai tersebut. Contoh, sebagian besar anggota masyarakat
menghendaki perubahan ke arah yang lebih baik di segala bidang, seperti politik
, ekonomi, hukum, dan sosial.
2. Berapa
lama nilai tersebut telah dianut oleh anggota masyarakat.
3. Tinggi
rendahnya usaha orang untuk dapat melaksanakan nilai tersebut. Contoh, orang
Indonesia pada umumnya berusaha pulang kampung (mudik) di hari-hari besar
keagamaan, seperti Lebaran atau Natal.
4. Prestise
atau kebanggaan bagi orang yang melaksanakan nilai tersebut. Contoh, memiliki
mobil dengan merek terkenal dapat memberikan kebanggaan atau prestise
tersendiri.
2. Nilai mendarah daging (internalized
value)
Nilai mendarah daging adalah nilai yang telah menjadi kepribadian
dan kebiasaan sehingga ketika seseorang melakukannya kadang tidak melalui
proses berpikir atau pertimbangan lagi (bawah sadar). Biasanya nilai ini telah
tersosialisasi sejak seseorang masih kecil. Umumnya bila nilai ini tidak
dilakukan, ia akan merasa malu, bahkan merasa sangat bersalah. Contoh, seorang
kepala keluarga yang belum mampu memberi nafkah kepada keluarganya akan merasa
sebagai kepala keluarga yang tidak bertanggung jawab. Demikian pula, guu yang
melihat siswanya gagal dalam ujian akan merasa gagal dalam mendidik anak
tersebut.
Bagi manusia, nilai berfungsi sebagai landasan, alasan, atau
motivasi dalam segala tingkah laku dan perbuatannya. Nilai mencerminkan
kualitas pilihan tindakan dan pandangan hidup seseorang dalam masyarakat.
Menurut Notonegoro,nilai sosial terbagi 3, yaitu:
1. Nilai
material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi fisik/jasmani seseorang.
2. Nilai
vital, yaitu segala sesuatu yang mendukung aktivitas seseorang.
3. Nilai
kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi jiwa/psikis seseorang.
Pengertian
Nilai Menurut para Ahli
ü Kimball
Young
Mengemukakan
nilai adalah asumsi yang abstrak dan sering tidak disadari tentang apa yang
dianggap penting dalam masyarakat.
ü A.W.Green
Nilai
adalah kesadaran yang secara relatif berlangsung disertai emosi terhadap objek.
ü Woods
Mengemukakan
bahwa nilai merupakan petunjuk umum yang telah berlangsung lama serta
mengarahkan tingkah laku dan kepuasan dalam kehidupan sehari-hari
ü M.Z.Lawang
Menyatakan
nilai adalah gambaran mengenai apa yang diinginkan,yang pantas,berharga,dan
dapat memengaruhi perilaku sosial dari orang yang bernilai tersebut.
ü Hendropuspito
Menyatakan
nilai adalah segala sesuatu yang dihargai masyarakat karena mempunyai daya guna
fungsional bagi perkembangan kehidupan manusia.
ü Karel J. Veeger
Menyatakan
sosiologi memandang nilai-nilai sebagai pengertian-pengertian (sesuatu di dalam
kepala orang) tentang baik tidaknya perbuatan-perbuatan. Dengan kata lain,
nilai adalah hasil penilaian atau pertimbangan moral.
Ilmu sosial dan nilai-niai sosial
Dalam
kehidupan manusia sebagai makhluk sosial pada hakikiatnya menghasilkan
nilai-nilai milik bersama oleh warganya untuk memahami keberadaan masyarakat
perlu memahami nilai-nilai yang di anutnya.
Setiap
masyarakat mempunyai nilai-nilai sosial yang biasa disebut system sosial,
berfungsi mengatur tatanan di dalam masyarakat.
Menurut Sujito nilai-nilai sosial yang
termasuk di dalamnya adalah tata asusila dan adat kesopanan. Nilai-nilai sosial
merupakan ukuran di dalam menilai tindakan seseorang hubungannya dengan orang
lain. Nilai sosial seseorang dapat diperhitungkan oleh orang lain apa yang akan
dilakukan. Jika bertemu dua kelompok masyarakat yang saling tidak mengetahui
nilai-nilai sosialnya biasanya tidak saling memperhatikan tindakan yang akan di
lakukan.
Nilai-nilai
sosial menurut Hanneman Samuel (1997) adalah prinsip yang berlaku di suatu
masyarakat tentang apa yang baik, benar dan berharga yang seharusnya dimiliki
atau dicapai oleh masyarakat.Nilai-nilai itu berfungsi untuk membimbing
seseorang dalam melakukan suatu tindakan sehari-hari. Misalnya seorang anak
bertamu di rumah temannya akan menyapa orang tua temannya dengan sopan, kalau
anak mempunyai nilanilai tidak akan membuat gaduh di masyarakat.
Nilai-nilai sosial menurut Dadjoeni (1985)
menyangkut aspek-aspek yang di hendaki oleh masyarakat, baik berupa nilai uang,
persaingan bebas maupun persamaan kesempatan memperoleh sesuatu yang
diinginkan. Meskipun nilai sosial itu mendasari tatanan masyarakat, tetapi bagi
warga masyarakat bersangkutan biasanya tidak menyadari adanya nilai-nilai
tersebut. Hanya saja dalam keadaan di mana nilai-nilai tersebut terancam, maka
penganutnya segera menyadarinya bahwa nilai-nilai tersebut perlu di pelihara
dan penting dalam kehidupannya sebagai pengendali untuk berinteraksi satu sama
lainnya.
Selanjutnya Dadjoeni mengumpakan nilai-nilai
sosial itu seperti kacamata yang berwarna untuk melihat sesuatu yang penting.
Warna kacamata tersebut otomatis mewarnai apa yang di saksikan. Selain kesannya
dengan warna kacamata yang lain untuk melihat masyarakat yang sama-sama di
periksa. Namun ada juga ahli yang berpendapat bahwa nilai-nilai sosial adalah
bersifat pribadi, sehingga hasil penilainnya adalah subjektif. Leundberg
mengatakan bahwa sesuatu hal yang memiliki nilai apabila seseorang berperilaku
menurut nilai bersangkutan, memegang teguh dan memeliharanya sebagai miliknya.
Seorang ilmuan sosial dapat menunjukkan
kepada kita nilai-nilai dan nilai-nilai tersebut kita ikuti secara konsisten
dan konsekwen misalnya nilai-nilai kebebasan dan keamanan maka harus
menunjukkan sejauh mana nilai-nilai itu melekat pada warga masyarakat.
Ilmu sosial budaya dasar dan penerapannya
Penerapan
ilmu sosial dapat dilakukan oleh berbagai professional. Apakah psikologi, sosiologi.atau
antropolog. Penerapannya berdasarkan
bidanng keahliannya dan hasil penelitiannya atau dari pengalaman masing masing
pribadi. Penerapan ilmu sosial secara
komprehensif dapat dilihat sbb:
1. Di
bidang pendidikan, lembaga pendidikan tergolong produsen yang terbesar dari
berbagai studi ilmu sosial yang banyak menerapkan Tri dharmanya (pengabdian
kepada masyarakat). Para pendidik
memakainya dalam melaksanakan transmisi budaya demi pelestarian peradaban. prinsip mereka selalu mengikuti tata kerja
ilmu-ilmu sosial tertentu, khususnya kejiwaan dan diterapkandalam proses
belajar mengajar. Usaha-usaha pengenalan
mahasiswa kepada masyarakat, pengembangan kematangan maturities (emosional), lingkungan alam dengan menggunakan berbagai
pokok tema yang di ambil dari ilmu sosial.
Ilmu pengetahuan sosial diajarkan di sekolah atau ditafsirkan sebagai
kumplan saringan ilmu-imu sosial intk mengajarkan perguruan tinggi.
2. Bidang
pelayanan sosial (social work).
Pelayanan osial yang terdidik disekolah atau akademi diberi pembekalan
pengetahuan yang diambil dari psikologi, biologi, ekonomi dan sosiologi. Pelayanan ditujukan epada kesejahteraan
manusia.
Usaha-usaha
untuk menerapkan ilmu sosial adalah:
ü Pengembangan,
pemeliharaan, dan perbaikan efisiensi di bidang fisik, menta, dan sosial.
ü Pencegahan
kekurangan efesiensi sosial.
ü Peningkatan
adaptasi individu dalam kelompokdalam tata sosial yang berlaku di masyarakat.
ü Pemeliharaan
kondisi hidup sosial yang manusiawi mungin aplikasinya bersifat penyuluhan
kepada komunitas masyarakat yang masih terbelakang.
ü Bidang
Psiatri sosial,ini merupakan pelayanan khusus untuk mengerti disorganisasi
sosial dan mencegah terjadinya gngguan kejiwaan, sehingga dapat meringankan
beban psikologi yang enderita gangguan mental. Disorganisasi sosial sebgian
ahli memandang sebagai ekspresi individu ang mengalami disentigrasi
sosial.menurut pandangan ini individu menderita disorganisasi sosial, karena
konflik cultural. Akibatnya menimbulkan gejala neurosis. Sebenarnya
disorganisasi disebabkan adanya pertentangan secara psikologis maupun fisik.
* Daftar Pustaka sengaja tidak dicantumkan karena data yang diperoleh bersumber dari beberapa orang
No comments:
Post a Comment