Saturday 26 May 2012

Akhwat Gaul~Q




Engkau adalah pelita
Sang penerang di setiap kegelapan sanubari

Engkau adalah Wadah
Pengisi kekosongan insan yang haus akan sentuhan iman dan kasih 

Engkau adalah Berlian
Berkilau karena iman dan takwa yang dihiasi senyuman indah nan merekah hingga tak ternilai


Itulah SaudariQ Reski Sululing
Akhwat enerjik, bersahaja, lagi suci karena keistiqomahannya :)



LOVE YOU CAUSE ALLAH

Wednesday 23 May 2012

Kucintaimu Karena ALLAH



Membahas cinta tidak akan pernah ada habisnya sampai kapanpun. Tegok saja kehidupan sekitar kita bahkan film yang hingga kini kita tonton. Tidak ada yang tidak tanpa cinta. Yah, pasti ada keluarga, kasih sayang, konflik, percekcokan yang kesemuanya didasari atas rasa cinta pada sang terkasih.

Namun apa jadinya bila cinta itu terus dipendam dan tinggal menggumpal dalam relung jiwa?. Anda mungkin akan sakit dan tidak akan bisa menemukan kebahagiaan Anda sendiri. 

Inilah letak kegunaan cinta. Cinta tidak memberi kelemahan apalagi kebodohan tapi kekuatan untuk lebih tangguh dalam menjalani hidup.
Allah telah menghadiahkan cinta dalam sanubari setiap insan. Hal yang merupakan fitrah dan merupakan kunci kebahagiaan nan hakiki.

Cinta itu sangat indah lagi mempesonakan. Setiap hal yang membuat kita mati rasa berubah menjadi suka dan kerinduan yang sangat kita harap untuk kembali kita rasakan. Inilah cinta yang tampak konyol dan tak akan mampu untuk diutarakan dengan alasan karena cinta tidak mampu memberi alasan.

Saudaraku, berbeda dengan postingan sebelumnya. Kini saya akan bercerita tentang cinta terhadap lawan jenis terkhusus cinta terhadap sahabat. Hal yang selalu dinanti dan terus didalami oleh setiap insan yang merasakan kehangatan dari kehadirannya. Bukan begitu?

Menurut saya pribadi cinta adalah rasa yang tidak mampu untuk diucapkan dengan kata-kata. Tapi lebih kepada perbuatan dengan dasar niat dan ketulusan serta keikhlasan hanya karena Allah. Orang yang mencintai kita tidak hanya mau menerima kelebihan tapi juga kekurangan kita dengan cara menutupinya dengan sejuta kelebihan yang ia miliki.
***
Mencintai seseorang yang ternyata mencintai orang lain memang sangat membuat kita terenyuh tak tertahan. Bagaimana tidak. Apalagi bila kita telah menjalin sebuah hubungan persahabatan atau kekeluargaan yang harus kita ubah menjadi hubungan antara lawan jenis yang bertujuan ke arah pernikahan. Mungkin pembahasan sedikit melebar ke arah pernikahan. Tapi itulah fakta yang terjadi.

Banyak persahabatan yang terjalin dan tanpa disadari berlanjut ke jenjang pernikahan. Dimana banyak terjadi salah seorang dari pelaku persahabatan ternyata jatuh hati pada sahabatnya sendiri yang merupakan lawan jenis.

Inilah bukti mengapa Allah melarang kita untuk terlalu akrab dengan lawan jenis. Tapi karena hasrat dan rasa yang semakin membuncah membuat sebagian orang terutama pelaku persahabatan sering kelewat batas dalam menjalani persahabatan.

Bagi penulis sahabat sejati dan harus kita jaga untuk meraih cinta sejati adalah amal. Karena hanya amal yang akan menemani kita saat jasad bersemayam dalam liang lahat hingga menghadap pada sang penguasa diatas segala kuasa.

Kembali pada pembahasan bahwa persahabatan sering menimbulkan rasa cinta. Rasa cinta yang terkadang membuat salah satunya hanya diam dalam rasa. Ketahuilah bahwa hal ini tidak baik bagi diri Anda.

Alangkah baiknya jika cinta itu diutarakan. Dengan terlebih dahulu mempersiapkan diri atas konsekuensi yang akan di dapatkan. Semua insan berhak mencintai tapi tak berhak memaksa untuk dicintai.

Hal yang sebenarnya sering menimbulkan rasa cinta dalam persahabatan ialah karena adanya kecocokan dan ikatan emosional yang baik antara keduanya. Hingga tak jarang banyak orang yang menjalin persahabatan kemudian memutuskan untuk menikah.

Penulis akan mengungkapkan beberapa diantaranya :
1.    Kesamaan sifat. Sifat adalah hal yang terkadang sulit untuk kita terima. Namun dalam persahabatan dua orang akan saling mendalami sifat dan karakter masing-masing. Hal ini secara tidak sadar menyatukan perbedaan dan menimbulkan penerimaan karakter antara keduanya. Yang pada akhirnya akan menimbulkan kenyamanan hingga timbullah rasa cinta.

2.   Tujuan hidup yang sama. Misalnya si A dan si B sama-sama ingin melanjutkan kuliah dan meraih cinta-cinta baru kemudian menikah. Hal ini membuat mereka tahu bahwa sebenarnya mereka memiliki tujuan hidup yang sama. Apalagi hal tersebut pencapaian dalam hidup dan telah dipertimbangkan dengan matang. Hingga salah seorang pelaku persahabatan tidak akan merasa kesulitan dalam menyatukan arah hidup kedepannya karena adanya kesamaan tujuan dan arah hidup.

3.    Penerimaan dan pendalaman karakter. Seorang sahabat pasti akan mendalami karakter sahabatnya hingga terus belajar untuk menyeimbanginya hingga terciptalah rasa penerimaan yang tanpa sadar menimbulkan kecocokan dan hinggaplah rasa cinta antara keduanya.

4.    Kepercayaan dan pengertian. Kedua hal ini merupakan hal penting dalam menjalin hubungan. Di sini pulalah seorang sahabat akan menilai moral dan sikap dari sahabatnya. Apakah ia orang yang amanah, dewasa atau pengecut. Dan mau atau tidak bila karakter yang kita idamkan ada pada sosok sahabat maka ia pun akan semakin kagum yang kemudian menimbulkan rasa cinta dan lebih menyayangi disertai rasa untuk memiliki.

5.    Keterbukaan. Menjalin hubungan persahabatan jelas berbeda dengan percintaan. Percintaan lebih banyak hanya menunjukkan kebaikannya saja dengan tidak mau tampil apa adanya dengan karakter yang sebagian mencoba ia sembunyikan. Berbeda dengan sahabat yang tampil apa adanya hingga tampil senatural mungkin. Keindahan natural yang ia pancarkan apalagi dengan attitude yang bermartabat mampu membuat sahabatnya semakin jatuh hati.

Sebagai kesimpulan, jalanilah hubungan persahabatan dengan tetap menjunjung tinggi nilai kejujuran, pengertian, keterbukaan, kebaikan dan seterusnya. Tapi jika Anda terlanjur mencintai sahabat Anda dengan sikon yang mendesak serta pertimbangan yang matang dan mampu memberi kemaslahatan. Maka alangkah baiknya jika Anda tidak memendam rasa itu. Yah, cinta itu fitrah, itu naluri dan kita berhak mencintai. Namun kita pun harus menerima apa yang akan terjadi setelah pengutaraan itu. Percayalah selama penyampaian dan perlakuan kita baik pasti akan berbuah manis lagi indah. Mengingat sahabat Anda telah mengenal Anda dengan baik luar dalam yang tentunya akan mampu mengerti dengan apa yang menjadi perasaan Anda karena sejak lama terlatih untuk saling memahami dan menerima karakter masing-masing. So, Jangan takut mengutarakan cinta apalagi jika harus memendam cinta dalam hati.

Semangat para pengarung persahabatan. Jadilah diri sendiri dan cintailah seseorang hanya karena Allah. Karena segala sesuatu yang hanya karena Allah, maka bahagianya akan lebih nikmat dan abadi serta berlipat ganda. Yah, kesempurnaan, keindahan dan segala sesuatunya berasal dari Allah.

Maka detik ini juga Saya ingin mengatakan ”AKU MENCINTAIMU KARENA ALLAH SAHABATKU. Terima kasih sudah menjadi salah seorang pengukir perjalanan hidupku dan menghiasinya dengan suka duka dan cinta karena Allah.”

My Soul In Cleopatra



Pagi yang cerah kembali menyapa. Sama seperti biasa. Secangkir teh hangat dan semangkuk bubur selalu menjadi menu sarapan pagiku. Itulah teman setia saat Aku akan memulai aktivitas.

Sejak kecil aku mengidap penyakit akut yang mewajibkanku untuk sarapan tepat waktu. Apalagi dengan kesibukan yang semakin padat sebagai mahasiswa. Tapi itu semua selalu kujalani dan kunikmati sebagai karunia dari Allah yang maha kuasa terhadap diriku. Nikmat iman, hidup, keluarga, hingga percintaan sering aku utarakan lewat facebook.

Pagi itu sukmaku kembali bersua. Kutorehkan untaian nada indah di akunku. Facebook yang secara tidak langsung telah menjadi tempat curhatan sekian ribu orang juga telah ikut menjadi tempat curahan sanubariku dalam berbagi suka maupun duka.

Tanpa mengulur waktu. Kuambil notebook dan modem yang berada tepat di atas lemari baju. Merekalah yang setia menemani hari-hariku dalam mengerjakan tumpukan tugas kuliah sejak masuk di bangku perkuliahan. Hadiah terindah pemberian kedua orang tuaku ini menjadi bukti kerja kerasku selama bersekolah. Sejak SD hingga SMA Aku telah meraih prestasi baik di tingkat akademik maupun non akademik. Sehingga orang tuaku semakin protektif terhadapku dengan menghadiahkannya. Mereka ingin agar aku lebih fokus belajar dan mampu meraih cita-citaku.
***
“Wow???, Subhanallah, amazing.” Aku shock sambil memegang kedua pipiku yang tembem. Spontan aku terkaget-kaget saat melihat setiap statusku yang telah dua minggu kutinggalkan kini telah dihiasi komentar. Komentar yang sungguh mulia lagi bermakna dengan nada agung bertuliskan Subhanallah, Alhamdulillah, Masya Allah, dan Allahu Akbar.

Dia telah melukis indah dinding facebook milikku dengan balutan nuansa islami yang tampak semakin menawan. Kusorotkan mata bulatku pada foto profil pemilik komentar yang tampak pada dinding facebookku. Masya Allah, ternyata komentar itu berasal dari seorang ihwan.

“Masya Allah. Pantas saja komentar ini begitu membuatku terpukau. Ternyata dari seorang ikhwan” ujarku dengan nada bahagia.

Inilah awal dimana takdir mempertemukan kami lewat akun facebook. Setelah lebih dari satu minggu. Aku kembali bersua dengan dunia maya. Nyatanya, ia tidak juga beranjak menghiasi setiap statusku dengan komentar indahnya.

Aku yang mulai penasaran, tanpa berpikir panjang langsung menyapa untuk pertama kalinya lewat obrolan pesan facebook.

“Assalamu alaikum wr.wb. Afwan, cuman mau tanya apa akhi kenal sama saya?”

“Waalaikum salam wr.wb. Sebenarnya tidak ukhti. Tapi sekarang, saya mulai belajar mengenal ukhti”

Afwan, maksudnya?”

“Perkenalkan nama saya Muhammad Asyraf. Sekarang Saya sudah berusia 26 tahun dan berprofesi sebagai badan pemeriksa keuangan di gedung rektorat universitas Leader. Saya juga sudah menyelesaikan S1 dan S2 di Universitas Leader. Dulu saya seorang mahasiswa jurusan ekonomi akuntansi. Alhamdulillah, Saya tidak pernah pacaran dan belum menikah. Kalau ukhti fakultas dan jurusan apa?”

Membaca pesannya Aku langsung tertawa hingga perutku kesakitan. Bagaimana tidak. Dia seakan sedang memperkenalkan dirinya secara resmi di hadapan juri pemilihan kontes kontak jodoh. Pekerjaan, usia hingga status yang sedang disandangnya juga ikut Dia jelaskan tanpa Aku minta. Tapi karena menghargai prestasi yang telah Dia raih maka kubalas dengan pujian.

“Subhanallah. Prestasi yang sangat membanggakan. Semua karena Usaha, doa, kerja keras dan atas izin Allah. Saya mahasiswa hubungan internasional”.

Beginilah cara kami saling berbalas pesan lewat facebook yang menurutku terkadang lucu namun tetap bersahaja. Kegiatan saling berbalas pesan itu juga memberiku sedikit gambaran bahwa Dia merupakan seorang pria dewasa yang beragama, mapan dan berpendidikan. Itu terlihat dari penggunaan bahasanya yang baik.
***
Menjelang sore, sepulang dari kampus. Aku kembali membuka internet. Ku kerjakan tumpukan tugas kuliah yang baru kudapatkan dari Dosen tadi siang. Sambil mencari-cari bahan materi sesekali Aku membalas pesannya lewat facebook.

Rasa penasaranku kembali membuncah. Dia bertanya tentang alamat dan waktu luangku. Nyatanya, Dia ingin berjumpa denganku. Aku yang mulai merasakan hal aneh balik bertanya padanya

Afwan, harap jangan tersinggung, memangnya ada keperluan apa akhi ingin bertemu dengan saya. Apakah ada hal penting yang ingin akhi sampaikan. Saya rasa lewat sini juga bisa. Kan tidak akan menimbulkan fitnah. Apalagi menghemat biaya. Bukan begitu? J”.

Sejujurnya, Saya mau ketemuan sama ukhti karena ingin meyakinkan ukhti. Saya sudah menjatuhkan pilihan hanya sama ukhti. Sekarang Saya mau menikah dan semua yang saya cari selama ini ada sama ukhti. Apakah ukhti bersedia menerima khitbah Saya setelah bertemu?”.

Aku bingung dan tidak tahu harus berkata apa. Memori kisah cinta lama kembali terulang dalam benakku. Hal yang membuatku sering jengkel jika harus bergelut dengan dunia ini. Selalu saja Aku dibuatnya pusing tujuh keliling. Bukan cuman masalah Hardi, Wawan, Fahmi, Arman, Hamdan, Anton, Hadist bahkan Hadi pun tidak terima dengan keputusan yang telah AKu buat hingga mereka menghilang dan telah memutuskan hubungan silaturahmi diantara kami. 

Sebenarnya Aku tidak tega meleburkan setiap rasa dan harapan mereka terhadapku. Tapi rasa cinta itu tidak ada. Jiwaku pun tidak mampu untuk Aku temukan pada diri mereka. Lagi pula Aku tidak mau mengambil keputusan seperti pacaran yang tidak jelas arah dan tujuannya apalagi pernikahan membutuhkan kesiapan fisik dan mental.

“Cinta? Syifa sadarlah, sadar. Ini cuman pengaruh masa puber tahu. Nanti juga berlalu. Ini belum waktunya. Ingat janji .Apalagi kamu masih muda dan semua itu tidak mudah karena membutuhkan pertanggung jawaban pada sang khalik. Cinta bukan cuma masalah hati tapi juga masa depan seperti apa yang kelak akan terjadi bila terlalu dini dalam mengimplementasikan rasa cinta tanpa pengetahuan yang dalam” ujarku sambil terus menata hati dan memukul-mukul kedua pipiku yang tembem. Aku lalu beristigfar

“Astagfirullah”.

Meski aneh tapi hal inilah moment yang sangat aku nantikan sejak lama. Aku ingin berpacaran setelah menikah. Aku ingin merasakan bagaimana rasanya salah tingkah di depan suami dan mengenal pribadinya sejak awal pernikahan.

Kuabaikan semua pesannya. Namun keesokan harinya ia kembali bersua dengan pesan baru yang menambah panjang obrolan kami.

“Ukhti, kalau Saya tidak mau pilih-pilih akhwat. Yang penting akhwatnya baik. Jika ukhti mau dan bersedia terima khitbah Saya. Saya tidak akan memaksa ukhti untuk punya anak. Saya ikhlas membiayai kuliah ukhti sampai selesai. Saya juga ikhlas menunggu ukhti sampai ukhti wisuda. Apakah ukhti akan bersedia?”

Membaca setiap pesannya menambah kencang detak jantungku hingga tak menentu. Jiwa ragaku serasa terbang melayang mengarungi keestetikaan sang fana.

Aku tak tahu sejak kapan. Tapi semenjak kehadirannya. Kurasakan setiap kepenatan yang hadir karena tugas kini kujalani dengan lebih tenang dan bahagia. Aku begitu bahagia dan merasakan ketentraman dalam jiwa.

Menginjak minggu ketiga. Tepatnya malam senin sang ihwan semakin gencar memperlihatkan keseriusannya. Foto wisuda yang tampak beribawa dengan iringan Pesan baru ikut dia posting malam itu

“Saya akan bersabar sampai ukhti mau menerima khitbah Saya. Sekarang Saya semakin memperdalam ilmu agama lewat tarbiyah. Saya akan menabung lebih banyak untuk masa depan Saya dengan ukhti. Ya Allah Saya betul-betul mencintai dan menerima segala kelebihan dan kekurangan ukhti Syifa Nurinsan. Hanya dia yang Saya pilih jadi teman hidup. Satukan kami di dunia dan akhirat serta hindarkanlah kami dari orang-orang yang tidak senang dengan hubungan kami. Aaamiiin”.

Aku sudah gila karena semakin hanyut dibuatnya lewat arus nada indah yang terus ia alirkan lewat pesan. Betapa tidak, folder foto keluarga dan teman kuliahku pun juga ikut jadi sasaran komentarnya. Apalagi setiap usaha dan pernyataan yang ia utarakan semakin menunjukkan keseriusannya hingga rasa indah itu tepat menyentuh sukmaku malam itu. Sapaannya yang hangat dan tutur kata penuh arti lagi mendalam juga ikut menggambarkan tentang pengharapannya yang semakin besar padaku.

Kembali kukontrol perasaanku malam itu. Kucoba berpikir secara logika sambil terus mengingat pesan kedua orang tuaku.

“Inilah dunia maya yang jelas masih sangat bisa diragukan kebenarannya Syifa”.
***
Hari demi hari rasa cintaku kian membuncah. Keinginannya untuk terus menemuiku semakin melelehkan setiap bulir keraguanku. Kulakukan sholat istiharah hingga menceritakannya pada saudara perempuanku. Murabbi yang sering menjadi mak comblang setiap akhwat maupun ikhwan yang ingin menikah juga tahu akan apa yang sedang melanda sanubariku. Mereka pun mengatakan

“Semua tergantung pada diri kamu. Jikalau memang sudah siap mengarungi bahtera rumah tangga maka lanjutkan. Mengingat dia pria yang baik, beragama, mapan, juga dewasa. Ingat, bahwa Ihwan ini tidak sedang main-main dan memang Dia sudah mantap untuk menikah. Jadi katakan apa yang menjadi keputusan kamu agar dia tidak terkatung dalam penantian”.
***
Sudah berapa minggu berlalu. Tapi dia tidak juga beranjak dan tetap bersemayam lembut dalam ingatanku. Malam itu aku diam seribu bahasa. Aku telah dihadapkan pada dua hal yang sama pentingnya. Pertama Aku mencintai ka Asyraf dan ingin serius menjalani hubungan. Tapi disisi lain aku harus menepati janji dan menjalankan pesan kedua orangtuaku untuk menyelesaikan kuliah terlebih dahulu. Kuambil secarik kertas dan kupertimbangkan dengan matang baik buruknya. Hingga kuputuskan dan membalas pesannya malam itu

 “Afwan jiddan ka. Saya tidak bermaksud meragukan apalagi menyakiti. Tapi saya punya janji dan tetap harus melanjutkan kuliah. Intinya saya tidak boleh menikah sebelum menyelesaikan kuliah. Silahkan kakak mengkhitbah akhwat lain karena sekarang saya lebih senang berteman. Semoga kakak mendapatkan yang jauh lebih baik daripada saya. Wassalam”.
Tak kusangka pesanku dia balas secepat kilat

“Tidak apa-apa ukhti. Saya akan terus menunggu sampai ukhti mau menjadi istri Saya. Wassalam”.

Sejak hari itu komunikasi kami betul-betul terhenti. Hari demi hari kucoba untuk melupakannya dengan mengabaikan perasaanku. Tapi hatiku semakin sakit. Apalagi saat mengingat semua pengorbanannya. Kelembutannya dalam membujukku masih Aku rasakan.

Rasanya perjuangan yang ia lakukan sia-sia. Teman hingga murabbi semua diperkenalkannya padaku. Begitu pun dengan cerita perjodohannya di masa lalu yang membuatku semakin mengenal akan sosoknya yang tangguh. Setelah tiga setengah tahun berlalu sejak perkenalan kami. Dia tetap abadi dalam sudut hatiku.

“Ya Allah hikmah apa yang ada dibalik ini semua. Jujur Aku masih sangat mencintainya tapi pesan dari kedua orang tua juga harus aku tunaikan” kututup mulutku dengan kedua tanganku agar tangisku tak didengar oleh keluargaku.

Ka Faiz yang merupakan sahabat karib iparku yang juga telah akrab dengan kedua orang tuaku datang melamar. Tapi hatiku telah terkunci untuk menerima cinta yang lain sejak kehadiran ka Asyraf dalam hidupku. Foto yang ia posting masih kubingkai indah dan telah lama menghiasi kamar tidurku selama beberapa tahun terakhir.

Orang tuaku hanya menggelengkan kepala saat melihat kegilaanku. Sepertinya mereka mulai dipenuhi rasa penuh penyesalan. Mereka mungkin baru menyadari atas sikapnya yang telah melarangku untuk menikah saat itu.
***
Tak kusadari. Berat badanku anjlok 25 kilo. Aku tidak bisa makan hingga pernah diinfus selama 1 bulan di ruang ICU. Bukan karena penyakit yang telah lama aku derita ataupun santet yang aku dapatkan. Tapi karena rasa cintaku yang terlalu dalam padanya. Aku telah melepaskannya pergi.

Kondisi fisik yang kian memburuk membuat orang tuaku semakin panik hingga mengambil cuti kuliah buatku ditengah ujian meja yang akan diselenggarakan beberapa minggu lagi. Namun Aku tidak ingin mengulang kisah pilu yang telah dialami Ka Luna. Dia telah tewas dengan posisi leher tergantung di lantai 3 gedung perkuliahan akibat tertekan karena dipaksa menikah dengan seorang pria yang tidak ia cintai.
  
    Di kesunyian malam tepat malam jum’at pukul 1. Aku terbangun dan langkahku tertuntun menuju arah dapur yang berada di samping kamarku. Pisau tajam yang tergeletak langsung membuatku berpaling pada kerang air yang tiba-tiba mengalir. Aku berwudhu lalu menunaikan sholat lail. Aku pun lalu berdoa

“Apa yang telah kuperbuat selama ini ya Allah. Sungguh Aku telah lalai dan terperdaya oleh perangkap sang Maru. Mohon Ampuni segala dosaku yang selama tiga tahun diam membusuk oleh keestetikaan sang fana. Cumbui Aku dengan semangat dan keikhlasan ya Allah. Kobarkan iman dan takwa dalam hati, jiwa, dan pikiranku hingga ragaku mampu berdiri tegap”. Tangisku tak terbendung lagi.

***
Pagi kembali menyapa dan Aku merasa baru terbangun dari tidur panjangku bagaikan Ashabul Kahfi. Kenangannya masih tersimpan namun tak seperti dulu. Semua telah kuikhlaskan hingga kondisi fisikku kian membaik. Aku pun telah kembali aktif menjalani kuliah dengan kondisi sehat bugar.

Alhamdulillah, Aku telah meraih gelar S1 dan sedang melanjutkan S2. Namun, ujian kembali datang. Ka Asyraf menyelipkan pesan baru diantara pesan lama yang telah kusam termakan waktu.

Ternyata selama ini dia tengah ditugaskan di luar negeri. Hingga komunikasi kami betul-betul putus selama hampir 4 tahun hingga Dia tidak sempat mengucapkan perpisahan keesokan harinya. Betapa bahagianya Aku. Dia juga belum memutuskan untuk menikah dengan akhwat lain.
***
Acara seminar membuka tabir kebahagiaanku saat itu. Kemeja putih, Jas hitam, dasi bermotif, celana kain dan sepatu yang mengkilap membuat salah seorang pemateri tampak gagah nan beribawa saat membawakan materi dalam acara seminar.

Hal membahagiakan itu saat Aku akan beranjak keluar setelah acara. Alim seorang teman semasa kuliah terlihat menghampiriku dengan seorang pemateri yang kukagumi karena membuatku terpukau. Ia tampak mirip dengan foto ka Asyraf. Namun Aku tidak terlalu berharap.

Hingga Alim bercerita dan menyadarkan kami. Inilah pertama kalinya kami bertemu. Alim yang seakan tak sabar menunggu kami untuk bersatu menceritakan bahwa Ka Asyraf sering bercerita padanya tentang diriku. Tak heran karena mereka bekerja pada kantor bahkan ruang yang sama. Dan dari situ pulalah Dia mengenal pribadiku lewat Alim.

“Seperti janji Allah ukhti. Bahwa Allah akan selalu beserta orang-orang yang sabar dan Saya masih bersabar menunggu ukhti. Apakah kesempatan itu masih tersedia untuk saya tanpa ada sekat lagi?”

“Hmmm. Yyyy..... Yah ka. Tentu” Ujarku terbata-bata lalu berakhir dengan nada mantap
Dengan sikap konyol kusuruh Alim mencubit lenganku yang dibalut jubah dengan warna hijau lembut. Ternyata Aku tidak sedang bermimpi. Dia kembali berkata  

“Alhamdulillah ya Allah. Betapa Allah ingin menyatukan kita ukhti. Kita telah dipertemukan pada saat yang tepat. Ukhti saya tidak ingin mengulur waktu lagi. Insya Allah minggu ini juga Saya akan datang kerumah ukhti bersama keluarga besar Saya. Mengingat janji ukhti juga sudah terpenuhi sehingga tidak ada alasan lain. Apakah ukhti bersedia?”

“Dengan senang hati ka. Keluarga, pintu, jendela bahkan bunga-bunga di halaman telah menunggu kehadiran kakak. Semua tentu terbuka lebar menyambut kedatangan kakak dan keluarga minggu ini juga. Betapa moment ini sangat Aku nantikan” Ujarku dengan nada lembut berbalut bahagia

“Pegang janjiku dalam waktu seminggu ini ukhti. Wassalam”

“Wassalam”  

Terik matahari yang menyengat menjadi tak berarti. Yang kutahu saat kami berjumpa kami hanya terus menunjukkan ekspresi wajah bahagia sambil terus melempar senyum manis hingga berpamitan.

   Sungguh kita tidak akan pernah tahu atas apa yang akan terjadi dalam setiap detik perjalanan hidup ini.
***
Tiga hari kemudian. Hpku berdering. Kutinggalkan kakak dan ibu yang sedang sibuk membuat kue di dapur. Aku langsung menuju ruang tamu. Kulihat Alim memanggil dan setelah kuangkat ia lalu berkata dengan nada terbata-bata tanpa spasi

“Assalamu alaikum wr.wb. Ukhti, saya tidak tahu harus mulai dari mana. Tapi sebelumnya saya ingin ukhti kuat mendengar ini dan mampu ikhlas. Ukhti, kedua orang tua Asyraf wafat pagi ini karena kecelakaan pesawat. Yang tidak saya mengerti besok Asyraf harus melangsungkan pernikahan dengan seorang akhwat yang bernama Fitri Almira. Akhwat itu merupakan wasiat dari kedua orangtuanya yang dituliskan sebulan yang lalu. Undangan telah disebar tanpa sepengetahuan Asyraf hingga Asyraf pun seakan tidak sadar dengan apa yang sedang dijalaninya. Semoga ukhti semakin kuat dan mampu bersabar”.

Klik, Hpku langsung jatuh berhamburan di lantai. Kasing dan baterainya pun berserakan entah kemana. Betul-betul menyayat hati hingga nadiku seakan tak berdenyut lagi.

Belum lama Aku merasa bahagia. Sekarang Aku harus kembali terhempas dalam kubangan kesedihan menyayat hati. Rasanya teriris sembilu tapi inilah suratan takdir. Dia harus melangsungkan pernikahan yang kudengar memang sudah direncanakan oleh keluarga besarnya tanpa sepengetahuannya.

Waktu seminggu yang aku berikan untuk datang mengkhitbahku ternyata digunakan untuk menikahi akhwat lain. Undangannya pun ternyata sudah lama disebar. Alim berkata ka Asyraf cuman bisa pasrah dengan keadaan yang semakin tertekan. Yah itu kutahu dari pembicaraanku dengan Alim juga undangan pernikahannya yang datang kerumahku sore itu.
***
Malam itu Aku terpaksa memblokirnya. Sebagai akhir lembaran kisahku dengannya. Sudah kubulatkan tekad untuk berhenti membalas pesannya.

Aku hanya tidak habis pikir. Jika betul dia mencintaiku dengan tulus dan penuh keseriusan mengapa hal itu tidak pernah ia utarakan kepada kedua orang tuanya. Hanya Allah yang berhak menilai atas tindakan yang ia telah lakukan.

Satu hal bahwa semua sudah tertera dalam kitab lauh mahfudz. Aku hanya harus tetap berdiri dan berjalan tegap bahkan bila harus berlari kedepan agar bisa meraih kebahagiaanku bersama pria lain yang akan menjadi teman hidupku kelak. Masa depanku masih panjang dan lembaran kisah baru belum kutorehkan dengan tinta emas yang akan senantiasa aku hiasi dengan cinta dan ketaatan pada suamiku.
***
Empat tahun telah berlalu sejak pernikahannya. Dan Aku masih juga hidup sendiri. Menurut kabar yang beredar kini sang ihwan telah dikaruniai seorang anak perempuan dan laki-laki yang lucu. Sedangkan Aku tetap saja sibuk mengejar cita-citaku.
***
Aku telah meraih gelar S3 dan berprofesi sebagai rektor di salah satu universitas di ibukota. Tepat di usia 30 tahun Aku pun menerbitkan sebuah buku yang berjudul “MENCUMBU KEIKHLASAN”. Tak kusangka. Bukuku laris terjual bahkan ternyata telah mengispirasi banyak wanita di dunia.

Penghargaan demi penghargaan Aku dapatkan. Salah satunya sebagai motivator wanita handal dan salah seorang penulis best seller terbaik dunia. Aku semakin merasakan kepuasan dan ketenangan lewat menulis yang kebanyakan berasal dari pengalaman pribadiku.

Tapi sejak Aku mengecap ketenaran dan sering di beritakan di media berita maupun infotaiment. Membuatku tidak nyaman. Kehidupan pribadiku telah ikut menjadi buah bibir masyarakat yang lebih menjurus pada kisah lamaku bersama ka Asyraf yang berakhir tragis.
***
Keluargaku kaget. Aku telah mengundurkan diri menjadi rektor dan telah memutuskan untuk pindah ke Cleopatra. Negara seribu menara yang lebih dikenal dengan nama Cairo Mesir. Aku ingin memperdalam ilmu agama dan berbagi pengalaman dengan mahasiswa yang sedang menempu study disana selama beberapa tahun.

Ternyata disanalah Tuhan menjabah doaku. Jiwaku ada di Cleopatra.

Aku dipertemukan dengan seorang pria berkebangsaan Indonesia. Kesibukanku mengadakan acara sosial, bedah buku hingga pelatihan menulis ternyata sering ia saksikan secara diam-diam di KBRI. Ia meruapakan sosok yang juga paling berjasa dalam menyukseskan setiap event yang kuadakan.

Satu minggu kami mengenal hingga mantap memutuskan untuk menikah.

Sekarang, Kami telah tinggal disebuah rumah sederhana yang penuh dengan cinta dan kehangatan dengan nuansa islami. Hari-hari kami pun sering dipenuhi dengan cerita lucu nan membahagiakan. Seperti saat aku belajar mengenakan dasinya ataupun saat Dia salah memasukkan bumbu dalam masakan yang sedang kami buat.

Pagi itu sebelum Ka Alif berangkat ke kantor. Tanpa kusadari Dia langsung memelukku erat dari belakang dengan seragam kantornya yang harum semerbak. Sambil memelukku yang sedang sibuk menyiapkan sarapan di dapur. Dia lalu berbisik dengan nada lembut nan menyentuh di telinga kananku

“Ukhti tahu? Setiap postingan itu merasuk lembut sukmaku hingga  Aku luluh dan hanyut terpesona oleh pengutaraan bahasa puitis nan mendalam yang ia utarakan. Akulah sang pengagum rahasia blog Mutiara Hikmah Sanubari. Ukhti, Aku teramat mencintaimu karena Allah. Betapa bersyukurnya Aku yang telah menemukan hatiku dalam relung jiwamu. Aku pamit yah Humairah, masak yang enak yah. Assalamu alaikum wr.wb.” Dia pun berlalu setelah sempat mengecup lembut pipiku yang dipenuhi tepung roti.

“Tuhan kini telah kutemukan jiwaku di Cleopatra” Ujarku dalam hati dengan nada bahagia dan dengan wajah berseri.

Monday 21 May 2012

Merantai Hati




Saudaraku, betapa rindunya saya karena ingin selalu bertegur sapa dengan Anda semua setiap hari. Bagaimana kabar Anda dengan hati yang senantiasa mengiringi setiap detik perjalanan hidup yang fana ini? Apakah sang hati sudah Anda jaga dengan cara yang benar untuk hal yang baik. Ataukah sang hati tengah digerogoti virus pink oleh kehadiran seorang penguasa yang senantiasa menabur rasa indah dan bahagia dalam relung jiwa Anda?.

Yah, berbicara soal hati pasti itu menyangkut perasaan. Apalagi bila kita membahas soal cinta yang jelas-jelas membuat hati, jiwa, pikiran, dan perasaan kita seakan ikut terbawa suasana. Alasannnya karena kita mendapat perlakuan dan sikap yang baik dari seseorang yang kita cintai. Bila diibaratkan, bagaikan perlakuan seorang hamba yang taat pada tuhannya yang sangat dicintainya hingga rela berjihad di medan perang. Saudaraku perkataan yang terucap oleh lisan orang yang kita cintai terkadang mampu menguasai benteng hati. Bagaimana tidak perempuan yang dikenal dengan main perasaan pasti tersentuh dan seakan terbang melayang di udara. Seiring perjalanan waktu tanpa sadar ia semakin hanyut dan terpenjara tak berdaya menolak perasaan cinta yang teramat besar dan senantiasa bersemayam dalam sanubari. Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar sungguh maha kuasa Allah yang telah menganugerahi setiap insan dengan rasa cinta dalam sanubari agar ia mampu merasa dan peka terhadap diri dan orang lain. Banyak orang yang mengatakan bahwa hal yang abstrak ini mampu mengubah dunia menjadi lebih indah dan berwarna.
       
Alhamdulillah yah :). Saudaraku adakah diantara kita yang tahu perbedaan antara hati dan perasaan?. Menurut saya hati dan perasaan itu berbeda namun tetap satu. Begini, bila kita contohkan hati itu ibarat mangkok atau wadah yang menampung isi sedangkan Perasaan itulah yang menjadi isinya dan berada di dalam mangkok. Intinya, Hati menjadi wadah yang menampung perasaan sebagai isinya. Mereka menjadi kesatuan yang padu dalam menghantarkan manusia untuk memaknai arti dari dari kata cinta dalam kehidupan yang fana ini. Jadi, perasaan itu ada di dalam hati setiap manusia. 

Sekarang ada yang tahu hati itu apa dan apa kaitannya dengan cinta?. Nah, hati merupakan karunia dari Allah yang begitu suci dan harus senantiasa kita jaga karena ia merupakan awal dari sumber kita sebelum melakukan suatu tindakan. Tentunya tindakan yang kita ambil atas dasar kebaikan karena tidak mungkin seseorang ingin melakukan sesuatu jika itu bukan untuk kebaikan dirinya apalagi untuk orang yang dicintainya. Sepakat?

Hal yang menjadi kendala sebenarnya ialah tidak adanya keyakinan, ketulusan dan tindakan nyata untuk berbuat dari dalam hati. Nah, kehadiran cintalah yang mampu menggerakan hati seseorang untuk mau berbuat. Namun, hasil dari perbuatan itu juga beragam karena adapula yang merasakan perasaan sedih, bahkan kecewa. Membahas tentang perasaan sedih itu karena kita kurang memaknai arti dari kehadiran cinta dalam kehidupan sehingga kita sering salah jalan dan menyebabkan penyesalan hingga perasaan sedih. Itulah sedikit gambaran dari saya tentang cinta dalam hati. Bagaimana dengan Anda?
            
Saudaraku, saya ingin bertanya pada Anda. Apakah Anda pernah bertanya pada hati sebelum melakukan sesuatu?. Yup, bagus sekali, bertanya pada hati itu memang penting karena menurut saya pribadi hati merupakan tempat yang paling jujur bila kita ingin memutuskan sesuatu. Bila hati sudah mantap maka kita pun akan merasa tenang untuk melangkah dalam meraih kebahagiaan kita sebagai orang yang diberi rasa cinta. Yakinlah, bila hati kita yakin pasti kita akan lebih tenang dan konsisten dalam melakukan sesuatu. Mengapa karena sebenarnya hal yang Anda lakukan itu sudah Anda yakini yang berasal dari dalam hati. Intinya hati yang membawa kita pada sebuah keyakinan yang kemudian terimplementasikan lewat tindakan. Bukan begitu saudaraku?.

Jadi, hati turut serta dalam memutuskan segala sesuatu yang nantinya akan kita lakukan. Berbicara soal hati saya sontak teringat dengan sebuah lagu milik Pasto yang judulnya kalau tidak salah Tanya Hati, hehehe. Yah, Ini jadi salah satu bukti bahwa meminta pendapat pada hati itu penting. Penting karena menurut saya pribadi hati meruapakan sumber kejujuran dan keyakinan yang bisa membuat seseorang menjadi kuat dalam melakukan sesuatu. Bayangkan kalau kita melakukan sesuatu tanpa mengikuti kata hati kita. Maka, yang ada Anda hanya akan semakin tersiksa karena menderita disebabkan menyesali diri yang tidak mengikuti apa yang menjadi kata kata hati. Singkat kata Anda telah mengingkari kata hati sendiri.            

Contoh lain misalnya saya dikhitbah oleh seseorang yang mapan, beragama, dewasa, dan penyayang. Namun saya masih bimbang. Nah, kalau sudah begini hal pertama yang harus saya lakukan untuk mengakhiri kebimbangan saya ialah dengan bertanya pada hati atas apa yang saya rasakan yang tentunya harus disertai pemikiran yang matang yang bisa membuat saya yakin untuk menikah. Hal tersebut nantinya membuat saya kuat untuk mengambil suatu tindakan yang akan saya putuskan. Jadi, bila Anda dilanda keraguan, kegalauan atau ketidaknyamanan, hal paling pertama yang harus Anda lakukan ialah berdasar dan bertanya pada hati kecil Anda sendiri akan apa yang Anda rasakan. Tentunya harus disertai pemikiran yang logis dengan mempertimbangkan baik-buruknya agar yang nantinya kita jalani dapat membuat kita merasa bahagia tanpa ada secuil sekat yang bernama penyesalan. Kita pun senantiasa diliputi oleh kebahagiaan bukan kekecewaan apalagi kemudaratan. 

Saudaraku, pernah mendengar orang lain atau bahkan teman Anda berkata seperti ini “Tanya hatita, sudah yakinmi atau belum”. Artinya banyak orang yang secara tidak langsung sepakat bahwa hati itu memang sumber keyakinan dan kejujuran serta kebahagiaan. Bertanya pada hati pasti akan membuat kita merasa tenang karena mendapatkan jawaban atas apa yang kita inginkan. Yah betul karena itulah kejujuran atas perasaan yang kita rasakan. Insya Allah inilah yang kemudian akan menghantarkan kita pada kebahagiaan yang hakiki karena rasa cinta yang tulus kita rasakan dari dalam hati. Jadi, jika Anda ingin yakin tanya hati Anda terlebih dahulu karena ia jujur dalam memberi solusi atas keraguan yang tengah Anda rasakan. Hal terpenting yang harus kita ketahui bahwa itulah naluri dari dalam hati yang tidak bisa kita bohongi.

Anda sudah mengetahui bahwa hati itu memiliki peranan yang penting dan fitrahnya suci. Namun pada saat sekarang ini ternyata telah banyak diantara kita yang hatinya semakin membusuk karena teracuni oleh perbuatan kemaksiatan. Berbicara tentang kemaksiatan memang susah untuk kita hindarkan karena semakin banyak saja manusia yang tidak mampu menata hatinya dengan cara benar untuk hal yang baik. Kesadaran mereka sudah tidak ada akibat terlanjur terbawa arus yang salah hingga berada dalam kubangan dosa dan kemaksiatan.

Saudaraku, semua yang telah saya paparkan pada pembahasan sebelumnya intinya membahas tentang cinta. Kita tahu bahwa naluri itu terlalu picik untuk kita abaikan kehadirannya. Namun, hati yang tidak bersih akan membawa cinta kita pada koridor yang salah sehingga kesucian naluri kita sendiri telah kita cemari dengan kemudaratan. Intinya tetaplah ikuti kata hati Anda karena itulah naluri yang Anda rasakan. Hal yang paling penting kita harus mengikuti syariat islam dan mengawalinya dengan niat yang tulus ikhlas agar menjadi pahala yang tentunya telah melalui pemikiran dan pertimbangan yang betul-betul matang agar tidak terjadi menyebabkan penyesalan di kemudian hari. Insya Allah jika kita mampu menata hati dengan cara yang baik dan benar maka mata batin pun akan terasa tajam dalam membedakan mana yang hak dan yang bathil sehingga kehidupan pun terasa indah dan berari untuk dijalani

Saudaraku sebagai penutup saya ingin berbagi tips dengan Anda semua tentang bagaimana cara menjaga hati agar tidak tersesat bahkan teracuni oleh kemaksiatan.

1.  Setiap bangun dan saat akan memulai aktifitas senantiasalah menjaga hati kita dengan meluruskan niat hanya karena Allah, agar apa pun yang kita lakukan ditempat persinggahan sementara ini tidak berakhir sia-sia tapi mampu membawa kita pada kebahagiaan dan keimanan serta ketakwaan yang hakiki hingga kita mampu meraih surganya. aaamiiin. Intinya niatkan hanya karena Allah dengan menjaga hati agar senantiasa suci karena sering mengingat Allah baik diwaktu lapang maupun sempit.
2.  Tundukkan Pandangan. Nah loh, hati kan abstrak kok harus nunduk sih. Saudaraku, sering mendengar pernyataan yang mengatakan bahwa dari mata jatuh ke hati hingga timbullah cinta yang semakin bersemi? Yup, Salah satu hal yang bisa mengotori hati kita adalah pandangan yang dilakukan oleh mata yang bisa menimbulkan buyarnya konsentrasi hingga ketidakhusyukan dalam beribadah yang pada akhirnya apa yang kita lakukan menjadi sia-sia. Kita ketahui bahwa islam adalah agama yang kaffah yang membutuhkan totalitas dan manusia itu dibekali nafsu. Intinya begini jika manusia terus memandang yang tidak diperbolehkan bisa membuat hatinya keruh hingga ia tidak mampu beribadah secara khusyuk apalagi secara kaffah. Hati itu sedikit saja bisa jadi keruh bila ia terus menerus ditempatkan pada kemaksiatan. Memandang boleh saja tapi bila sudah lebih dari dua kali, No Way yah Ukhti wa Akhi karena memandang yang kedua kali sudah merupakan pundi-pundi yang akan menjadi ladang dosa buat Anda sendiri. So, be careful with our eyes my beloved brother and sister. Keep Our Heart.
3.  Mengikuti majelis dan berkumpul dengan orang-orang sholeh menjadi pondasi yang kuat bagi hati. Bagaimana tidak ia selalu disirami oleh kebaikan hingga mata batin pun terasa tajam hingga hati pun menjadi lebih tenang dan damai. Namanya juga kebaikan pasti akan menimbulkan dampak yang baik pula. Apalagi itu merupakan tempat dalam meraih cinta Allah dimana hati diciptakan oleh yang cintanya ingin kita raih. Ingat hidayah itu tidak ditunggu tapi dijemput. Ibarat radio rusak tidak akan pernah baik bila tidak dibawa ke tukang servis begitupun hati yang tidak selalu di bawa ke bengkel hati pasti akan jadi keruh dan hanya akan kusam hingga menjadi ladang kemaksiatan. So, jangan tunggu untuk berbuat kebaikan selama masih ada waktu dan nafas yang disematkan dalam diri kita. Mari berfastabikul khaerat :)
4.   Solusi terakhir yang mungkin akan membuat Anda sedikit geli ialah pernikahan. Yah. Menikah menjadi salah satu cara dalam menjaga hati. Apalagi menikah merupakan gudang amal dan merupakan separuh tiang agama. Hal saya anjurkan mengingat banyak orang terkhusus remaja yang tidak mampu menjaga bahkan menata hati hingga melakukan kemaksiatan. Salah satu yang tidak saya sepakati ialah pacaran karena ia akan membawa  pada kemudaratan. Dimana hati selalu berperan yang bisa menimbulkan angan-angan mengandung unsur kemaksiatan seperti saling berpegang, berpelukan hingga yang Astagfirullah yah merusak kehormatan kaum hawa dimana aroma tubuh dan sebagian anggota tubuhnya dinikmati oleh pria yang belum tentu menjadi teman hidupnya. So, jika Anda ingin hati yang suci, tenang, damai dan sejahtera intinya ikuti syariat islam secara kaffah dan senantiasa bertindak dan bersikap sesuai koridor yang telah ditetapkan seperti pernikahan bukan pacaran. Kecuali pacaran setelah menikah lebih baik lagi kan serasa anak muda gimana gitu :)
         
   Saudaraku tidak banyak hal yang mampu untuk saya utarakan dikarenakan keterbatasan saya sebagai manusia biasa. Saya hanya menyampaikan atas apa yang menjadi kewajiban saya sebagai sesama muslim. Ingat, semua yang kita lalui mengandung pembelajaran penting buat diri kita pribadi agar menjadi hamba yang lebih istiqomah dan senantiasa menjaga hati dan kehormatan diri. Jangan pernah ada kata terlambat dan menyesali diri. Kita masih hidup dengan masa depan yang masih suci. So, marilah kita sama-sama berproses mulai dari merangkak, berjalan hingga mampu berlari dalam meraih cinta ilahi Rabbi. Manusia berusaha dan Tuhan yang menentukan karena kita telah dibekali akal, nafsu dan segala sesuatunya. Jadi, pintar-pintarnya kita memilih dalam bersikap dan berprilaku akan jalan mana yang kita tempuh nantinya. Semua berada ditangan Anda mau pilih putih atau hitam. Sikap yang kita ambil hari ini adalah hasil yang akan kita temui di masa mendatang. Jadi, persiapkan diri dan percaya ada Allah yang akan selalu menguatkan setiap hati yang ingin kembali. Terakhir perlakukanlah cinta pada tempatnya, hargai ia lewat ikatan suci dan jalani ia dengan kemuliaan agar kita meraih kebahagiaa dunia akhirat disertai hati yang tentram. THE END Semua perbuatan akan ada pertanggungjawabannya. Keep Heart, Love & Istiqomah,,,,,,, Wassalam :):):)