Sunday 1 September 2013

KEANEKARAGAMAN HAYATI


a. Keanekaragaman gen
Setiap sifat organisme hidup dikendalikan oleh sepasang faktor keturunan (gen), satu dari induk jantan dan lainnya dari induk betina. Keanekaragaman tingkat ini dapat ditunjukkan dengan adanya variasi dalam satu jenis.
misalnya :
- variasi jenis kelapa : kelapa gading, kelapa hijau
- variasi jenis anjing : anjing bulldog, anjing herder, anjing kampung
Yang membuat variasi tadi adalah : Rumus : F = G + L
F = fenotip
G = genoti
L = lingkungan
Keanekaragaman ini lebih mudah diamati daripada Keanekaragaman gen. Keanekaragaman hayati tingkat ini dapat ditunjukkan dengan adanya beraneka macam jenis mahluk hidup baik yang termasuk kelompok hewan, tumbuhan dan mikroba.misalnya variasi dalam satu famili antara kucing dan harimau. Mereka termasuk dalam satu famili(famili/keluarga Felidae) walaupun ada perbedaan fisik, tingkah laku dan habitat.
Keanekaragaman tingkat ini dapat ditunjukkan dengan adanya variasi dari ekosistem di biosfir. misalnya : ekosistem lumut, ekosistem hutan tropis, ekosistem gurun, masing-masing ekosistem memiliki organisme yang khas untuk ekosistem tersebut. misalnya lagi, ekosistem gurun di dalamnya ada unta, kaktus, dan ekosistem hutan tropis di dalamnya ada dalamnya ada harimau.Ketiga macam keanekaragaman tersebut tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain.
1) Dengan mengetahui adanya keanekaragamaan gen merupakan modal dasar untuk melakukan rekayasa genetika dan hibridisasi (kawin silang) untuk mendapatkan bibit unggul yang diharapkan.
2) Dengan mengetahui adanya kenaekaragaman jenis dapat menuntun kita untuk mencari alternatif dari bahan makanan, bahan sandang, dan papan, juga dapat menuntun kita memilih hewan-hewan unggul yang dapat dibudidayakan.
3) Dengan mengetahui adanya keanekaragaman ekosistem kita dapat mengembangkan sumber daya hayati yang cocok dengan ekosistem tertentu sehingga dapat meningkatkan hasil pertanian dan peternakan yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
3. Manfaat mempelajari Keanekaragaman Hayati
4. Usaha manusia untuk melestarikan keanekaragan hayati
5. Metode / cara mempelajari Keanekaragaman hayati
Keanekaragamnan Makhluk Hidup/ hayati terdiri dari kata Keanekaragaman dan hayati . Keanekaragaman dalam bahasa Inggris berarti Diversity yang memiliki arti beraneka macam , sedangkan hayati dapatdi artikan sebagai Mahluk hidup (bio). Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman makhluk hidup yang menunjukkan keseluruhan variasi gen, spesies dan ekosistem di suatu daerah. Jadi, Keanekaragaman hayati ditunjukkan dengan adanya variasi makhluk hidup yang meliputi bentuk, penampilan, jumlah serta ciri lain. berarti ungkapan pernyataan terdapatnya berbagai macam variasi bentuk, penampilan, jumlah serta sifat yang terlihat pada berbagai tingkatan makhluk hidup, baik tingkat genetik (dalam satu spesies), tingkat jenis(spesies), maupun tingkat ekosistem. Keanekaragaman hayati pun dapat terjadi pada berbagai tingkat kehidupan, mulai dari organisme tingkat rendah sampai organisme tingkat tinggi. Misalnya dari mahluk bersel satu hingga mahluk bersel banyak; dan tingkat organisasi kehidupan individu sampai tingkat interaksi kompleks, misalnya dari spesies sampai ekosistem.
Keanekaragamnan Makhluk Hidup/ hayati terdiri dari kata Keanekaragaman dan hayati . Keanekaragaman dalam bahasa Inggris berarti Diversity yang memiliki arti beraneka macam , sedangkan hayati dapatdi artikan sebagai Mahluk hidup (bio). Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman makhluk hidup yang menunjukkan keseluruhan variasi gen, spesies dan ekosistem di suatu daerah. Jadi, Keanekaragaman hayati ditunjukkan dengan adanya variasi makhluk hidup yang meliputi bentuk, penampilan, jumlah serta ciri lain. berarti ungkapan pernyataan terdapatnya berbagai macam variasi bentuk, penampilan, jumlah serta sifat yang terlihat pada berbagai tingkatan makhluk hidup, baik tingkat genetik (dalam satu spesies), tingkat jenis(spesies), maupun tingkat ekosistem. Keanekaragaman hayati pun dapat terjadi pada berbagai tingkat kehidupan, mulai dari organisme tingkat rendah sampai organisme tingkat tinggi. Misalnya dari mahluk bersel satu hingga mahluk bersel banyak; dan tingkat organisasi kehidupan individu sampai tingkat interaksi kompleks, misalnya dari spesies sampai ekosistem.
2. Macam keanekaragaman hayati dan contohnya
a. Keanekaragaman gen
Setiap sifat organisme hidup dikendalikan oleh sepasang faktor keturunan (gen), satu dari induk jantan dan lainnya dari induk betina. Keanekaragaman tingkat ini dapat ditunjukkan dengan adanya variasi dalam satu jenis.
misalnya :
- variasi jenis kelapa : kelapa gading, kelapa hijau
- variasi jenis anjing : anjing bulldog, anjing herder, anjing kampung
Yang membuat variasi tadi adalah : Rumus : F = G + L
F = fenotip
G = genoti
L = lingkungan
Keanekaragaman ini lebih mudah diamati daripada Keanekaragaman gen. Keanekaragaman hayati tingkat ini dapat ditunjukkan dengan adanya beraneka macam jenis mahluk hidup baik yang termasuk kelompok hewan, tumbuhan dan mikroba.misalnya variasi dalam satu famili antara kucing dan harimau. Mereka termasuk dalam satu famili(famili/keluarga Felidae) walaupun ada perbedaan fisik, tingkah laku dan habitat.
Keanekaragaman tingkat ini dapat ditunjukkan dengan adanya variasi dari ekosistem di biosfir. misalnya : ekosistem lumut, ekosistem hutan tropis, ekosistem gurun, masing-masing ekosistem memiliki organisme yang khas untuk ekosistem tersebut. misalnya lagi, ekosistem gurun di dalamnya ada unta, kaktus, dan ekosistem hutan tropis di dalamnya ada dalamnya ada harimau.Ketiga macam keanekaragaman tersebut tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain.
1) Dengan mengetahui adanya keanekaragamaan gen merupakan modal dasar untuk melakukan rekayasa genetika dan hibridisasi (kawin silang) untuk mendapatkan bibit unggul yang diharapkan.
2) Dengan mengetahui adanya kenaekaragaman jenis dapat menuntun kita untuk mencari alternatif dari bahan makanan, bahan sandang, dan papan, juga dapat menuntun kita memilih hewan-hewan unggul yang dapat dibudidayakan.
3) Dengan mengetahui adanya keanekaragaman ekosistem kita dapat mengembangkan sumber daya hayati yang cocok dengan ekosistem tertentu sehingga dapat meningkatkan hasil pertanian dan peternakan yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
4. Usaha manusia untuk melestarikan keanekaragan hayati
5. Metode / cara mempelajari Keanekaragaman hayati
Konservasi eks-situ dilakukan dengan cara menanam tumbuhan atau hewan di tempat bukan habibat asli tetapi memiliki ekosistem yang mirip. Ada tujuh bidang yang menjadi fokus pelaksanaan upaya ini:


                 Keanekaragamnan Makhluk Hidup/ hayati terdiri dari kata Keanekaragaman dan hayati . Keanekaragaman dalam bahasa Inggris berarti Diversity yang memiliki arti beraneka macam , sedangkan hayati dapatdi artikan sebagai Mahluk hidup (bio). Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman makhluk hidup yang menunjukkan keseluruhan variasi gen, spesies dan ekosistem di suatu daerah. Jadi, Keanekaragaman hayati ditunjukkan dengan adanya variasi makhluk hidup yang meliputi bentuk, penampilan, jumlah serta ciri lain. berarti ungkapan pernyataan terdapatnya berbagai macam variasi bentuk, penampilan, jumlah serta sifat yang terlihat pada berbagai tingkatan makhluk hidup, baik tingkat genetik (dalam satu spesies), tingkat jenis(spesies), maupun tingkat ekosistem. Keanekaragaman hayati pun dapat terjadi pada berbagai tingkat kehidupan, mulai dari organisme tingkat rendah sampai organisme tingkat tinggi. Misalnya dari mahluk bersel satu hingga mahluk bersel banyak; dan tingkat organisasi kehidupan individu sampai tingkat interaksi kompleks, misalnya dari spesies sampai ekosistem.
2. Macam keanekaragaman hayati dan contohnya
Secara garis besar, keanekaragaman hayati terbagi menjadi tiga tingkat, yaitu :
Jika G berubah karena suatu hal (mutasi dll) atau L berubah maka akan terjadi perubahan di F. Perubahan inilah yang menyebabkan terjadinya variasi tadi.
b. Keanekaragaman jenis (spesies)
c. Keanekaragaman ekosistem
Ketiga tingkat keanekaragaman hayati dipandang sebagai suatu keseluruhan atau totalitas yaitu sebagai Keanekaragaman hayati. Maksud dari konsep ini adalah :
1.     Arti Keanekaragaman Makhluk Hidup/ Keanekaragaman Hayati
Ø  Secara garis besar, keanekaragaman hayati terbagi menjadi tiga tingkat, yaitu :
Ø  Jika G berubah karena suatu hal (mutasi dll) atau L berubah maka akan terjadi perubahan di F. Perubahan inilah yang menyebabkan terjadinya variasi tadi.
Ø  b. Keanekaragaman jenis (spesies)
Ø  c. Keanekaragaman ekosistem
Ø  Ketiga tingkat keanekaragaman hayati dipandang sebagai suatu keseluruhan atau totalitas yaitu sebagai Keanekaragaman hayati. 

A.    Pengertian keanekaragaman makhluk hidup
Keanekaragamnan hayati terdiri dari kata Keanekaragaman dan hayati . Keanekaragaman dalam bahasa Inggris berarti Diversity yang memiliki arti beraneka macam , sedangkan hayati dapatdi artikan sebagai Mahluk hdup (bio ). Jadi secara luas Keanekaragaman hayati merupakan beraneka macam mahluk hidup di bumi ini . Keanekaragaman hayati dapat terjadi pada berbagai tingkat kehidupan, mulai dari organisme tingkat rendah sampai organisme tingkat tinggi. Misalnya dari mahluk bersel satu hingga mahluk bersel banyak; dan tingkat organisasi kehidupan individu sampai tingkat interaksi kompleks, misalnya dari spesies sampai ekosistem. Banyaknya keanekaragaman mahluk hidup ini meyebabkan diperlukannya pengenalan lebih dini kepada siswa untuk menyadarinya melalui pembelajaran di sekolah.
Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman makhluk hidup yang menunjukkan keseluruhan variasi gen, spesies dan ekosistem di suatu daerah. Keanekaragaman hayati ditunjukkan dengan adanya variasi makhluk hidup yang meliputi bentuk, penampilan, jumlah serta ciri lain.
Analisis terhadap beberapa ciri yang diwariskan secara genetik menunjukkan bahwa memang ada sumbangan peran ciri-ciri genetik yang menentukan keunikan individu. Keunikan ini tampak dalam memberi tanggapan terhadap pemberian obat, pemberian darah maupun organ tubuh lain, serta keunikan pada daya tangkal individu atau kelompok terhadap penyakit. Dalam kaitan ini, diperlukan pengetahuan lebih banyak mengenai keanekaragaman genetik yang hanya dapat diperoleh melalui eksplorasi ciri-ciri genetik secara luas.
Sebagaiaman diutarakan di atas, bahwa ciri-ciri yang ditentukan secara genetik menunjukkan keanekaragaman pada berbagai makhluk hidup. Namun, disamping faktor genetis, faktor lingkungan, pada batas tertentu, juga ikut mengimbas ekspresi ciri-ciri tersebut. Keanekaragaman semacam ini menyebabkan perlunya klasifikasi pada makhluk hidup. Dengan klasifikasi tersebut, makhluk hidup dapat dikelompokkan ke dalam kelompok populasi dan spesies.
Meskipun sudah dilakukan pengelompokan, kadang-kadang masih dijumpai pula keanekaragaman pada ciri-ciri tertentu. Keanekaragaman ini dapat diamati pada individu dalam suatu kelompok populasi, antarkelompok populasi dalam satu spesies dan antarspesies. Bila dalam satu spesies ini dikarenakan adanya perbedaan warna, bentuk, dan ukuran dalam satu jenis yang disebut variasi.
Untuk mengetahui keanekaragaman hayati tingkat jenis pada tumbuhan atau hewan, anda dapat mengamati, antara lain ciri-ciri fisiknya. Misalnya bentuk dan ukuran tubuh,warna, kebiasaan hidup dan lain-lain. Contoh, dalam keluarga kacang-kacangan, antara lain; kacang tanah, kacang kapri, kacang hijau dan kacang buncis. Di antara jenis kacang-kacangan tersebut Anda dapat dengan mudah membedakannya, karena antara mereka ditemukan ciri-ciri yang berbeda antara ciri satu dengan yang lainnya. Misalnya ukuran tubuh atau batang (ada yang tinggi dan pendek); kebiasaan hidup (tumbuh tegak, ada yang merambat), bentuk buah dan biji, warna biji, jumlah biji, serta rasanya yang berbeda. 
Keanekaragaman genetis tadi dapat muncul karena adanya gen-gen daerah penyandi yang berbeda-beda akibat proses mutasi. Dari gen-gen ini dihasilkan ciri-ciri genetis yang juga berbeda-beda. Mutasi (perubahan faktor keturunan atau sifat keturunan (gen) dan perubahan itu bersifat fisikokimia) inilah yang merupakan dasar mikroevolusi yang selanjutkan menentukan makroevolusi pada makhluk hidup. Mutasi akan menyebabkan timbulnya gen muatan yag akan menghasilkan suatu variasi ciri-ciri genetis. Pada hewan dan manusia, adanya sistem mating menyebabkan variasi ini akan diteruskan kepada keturunan atau generasi berikutnya.
Pada suatu pasangan induk yang bereproduksi secara seksual, maka setiap pasang dapat menghasilkan lebih daripada satu keturunan. Kemampuan reproduksi ini sangat beranekaragam dari satu spesies ke spesies lain. Sebagai contoh, pada manusia, dengan beberapa kekecualian, setiap kali hanya melahirkan satu keturunan sesuai dengan lamanya masa subur. Sementara itu, pada beberapa hewan, setiap saat dapat dihasilkan puluhan telur, bahkan ratusan atau ribuan telur. Pada tumbuhan, setiap saat mungkin juga dihasilkan ratusan atau bahkan ribuan biji yang nantinya akan menghasilkan tumbuhan baru. Yang lebih penting dalam kemampuan bereproduksi adalah daya tahan hidup keturunan yang dihasilkan. Dalam kenyataannya, berbagai individu dengan gen muatan menunjukkan perbedaan daya tahan hidup.
Perbedaan daya tahan hidup ini bervariasi dari saat rendah sampai sangat tinggi. Keturunan dengan gen muatan tertentu segera mati begitu dilahirkan atau bahkan sebelum sempat melahirkan. Untuk tumbuhan, ketidakmampuan bertahan hidup semacam ini barangkali terlihat dari ketidakmampuan biji untuk menjadi tumbuhan baru. Sebaliknya, beberapa individu dengan gen muatan masih mampu bertahan hidup bahkan mencapai usia reproduktif. Individu-individu semacam ini boleh dianggap mewakili kelompok yang susunan genetiknya mampu beradaptasi dengan lingkungan serta kondisi dimana mereka berada. Proses yang dikenal seleksi alam ini merupakan suatu hal penting dalam menentukan apakah suatu mutasi akan tercermin dalam susunan genetik suatu anggota populasi yang mampu bertahan hidup. Di samping seleksi alam, kemampuan individu yang mengandung gen muatan untuk bertahan hidup juga dipengaruhi beberapa proses atau faktor lain. Salah satu faktor yang dianggap penting dan sering dipertentangkan dengan seleksi alam adalah proses acak yang lebih dikenal dengan random genetic drift (lepasnya frekuensi alela secara kebetulan. Peristiwa ini sangat berarti pada populasi yang sangat kecil. Kenyataannya 1 dari 2 alela mempunyai peluang untuk lepas adalah kira-kira 0, 8%. Hilangnya gen selalu mempengaruhi frekuensi alela pada beberapa tingkat tetapi pengaruh tersebut menurun pada  populasi yang berukuran besar.). Proses ini menerangkan peluang gamet-gamet mana yang akan terpilih dalam sampling yang membentuk generasi penerus. Dalam hal ini, jika terdapat sekumpulan gamet yang merupakan campuran gamet yang mengandung gen muatan, maka terpilihnya gamet untuk membentuk individu baru pada generasi penerus bersifat acak.
Pengaruh ketiga faktor tadi, yaitu mutasi, seleksi alam, dan proses acak, akan menyebabkan perubahan susunan genetik individu dan selanjutnya menjadi susunan genetik populasi yang terbentuk oleh individu-individu tersebut. Perubahan ini berlangsung secara bertahap dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dalam kurun waktu beberapa generasi akan selalu terjadi proses yang bertujuan untuk memilih susunan genetik populasi yang dianggap paling baik atau cocok dalam situasi dan kondisi serta lingkungan populasi tersebut berada. Akan tetapi, sebagaimana diketahui, bahwa lingkungan juga tidak bersifat statis, karena, selalu berubah dari masa ke masa. Dengan demikian, individu dan populasi yang bersusunan genetik tertentu harus selalu memperbaharui diri sesuai dengan lingkungannya. Akibatnya, perubahan terus-menerus ini akan memberikan perbedaan yang cukup mencolok sehingga spesies lain tidak lagi dapat dianggap sebagai satu spesies. Melalui proses yang lama dan kompleks, tiap kelompok yang kemudian terpisah ini menjadi spesies baru. Anggota-anggota spesies baru ini setidaknya memiliki unggun gen (gene pool (jumlah dari seluruh gen (termasuk plasma gen) yang dimiliki oleh semua individu. Genotip dari individu diploid hanya dapat mempunyai suatu maksimal jumlah dari dua alel dari suatu gen) )bersama.
Dalam proses pembentukan spesies, faktor yang penting adalah mekanisme isolasi antara dua populasi atau lebih daripada spesies semula. Isolasi menyebabkan adanya perbedaan genetik yang selanjutnya menghilangkan kemungkinan terjadinya perkelaminan atau perkawinan yang menghasilkan keturunan yang mampu berketurunan kembali. Pada dasarnya, ada dua macam mekanisme yang menyebabkan antarpopulasi tidak mampu saling dikembangbiakkan dan terisolasi secara reproduksi.

2         Keanekaragaman Dalam Spesies
keanekaragaman spesies adalah jumlah spesies yang beragam yang hidup disuatu lokasi tertentu,  ahli ekologi misalnya telah menggabungkan definisi yang berbeda-beda untuk membadingkan keanekaragaman secara keseluruhan dari komunitas yang berbeda, pada berbagai skala geografis yang beragam pula (Lietner dan Turner 2001 : summerville dkk 2003).
       Dalam tiap spesies, terdapat anggota populasi dengan ciri-ciri yang berbeda satu sama lain. Bahkan, antardua individu, meskipun merupakan anggota spesies yang sama. Keduanya dapat berbeda karena variasi berbagai faktor. Termasuk faktor-faktor ini antara lain genetik, umur dan lain-lain. Secara genetik, tidak ada dua individu dalam satu spesies yang persis sama. Apalagi faktor-faktor lingkungan juga ikut berpengaruh dalam timbulnya ciri-ciri yang muncul sebagai fenotipe (sifat makhluk hidup yang tampak sehingga bisa diamati dengan indra). Perbedaaan ciri yang tampak pada anggota tiap spesies ini menyebabkan adanya keanekaragaman dalam spesies.
       Keanekaragaman dalam spesies menyebabkan pada tiap anggota spesies dapat dilihat adanya kedekatan kekerabatannya satu sama lain. Semakin banyak persamaan ciri-ciri yang dimiliki semakin dekat kekerabatannya. Sebaliknya, makin sedikit persamaan dalam ciri-ciri yang dimiliki makin jauh kekerabatannya. Dengan demikian, dalam satu spesies dapat dijumpai kelompok-kelompok populasi yang satu sama lain dibedakan berdasarkan  persamaan dan perbedaan ciri-ciri morfologi atau fenotipenya.
       Banyak fenotipe yang tampak sebagai ciri morfologis dapat berubah selama masa hidup suatu organisme. Kadang-kadang perubahan ini terjadi selama perkembangan dan merupakan tanggapan terhadap kondisi lingkungan. Gejala semacam ini terlihat baik pada dunia hewan (termasuk manusia) maupun tumbuhan. Adanya pengaruh lingkungan dan faktor nirgenetik lain menyebabkan pengelompokan populasi dengan kesamaan ciri-ciri morfologis semacam ini sering membingungkan. Bila evolusi mempelajari perubahan-perubahan genetis, maka taksonomi mempelajari persamaan-persamaan dan perbedaan genetis. Idealnya, jika ingin menentukan keanekaragam di antara organisme, maka harus diperoleh dulu susunan bahan genetik yang sesungguhnya. Informasi ini jelas tidak berpengaruh oleh faktor lingkungan karena informasi tersebut merupakan seperangkat informasi yang diwariskan dari generasi terdahulu ke generasi berikutnya. Hal ini dapat terjadi karena kerja seleksi terhadap genom. Adanya seleksi semacam ini menyebabkan timbulnya kesamaan konvergensi populasi yang sebetulnya tidak sekerabat dan divergensi populasi yang sebetulnya sekerabat.
3         Tindakan yang merusak keanekaragaman makhluk hidup diantaranya :
1.     Perusakan hutan
2.     Penggunaan pestisida
3.     Perburuan liar

4         Tindakan pelestiarian keanekaragaman makhluk hidup ialah sebagai berikut :
1.     memelihara kelestarian hutan
ó  reboisasi
ó  melakukan tebang pilih à  memotong kayu sesuai umurnya
ó  menghindari kebakaran hutan
2.     Menetapkan daerah perlindungan alam
ó  taman hutan raya dan hutan wisata
ó  cagar alam
ó  taman nasional
3.     Merehabilitasi satwa langka yang dipelihara perorangan
4.     Penangkaran satwa dan tumbuhan yang hampir punah
5.      Dengan mengetahui peranan dan manfaat keanekaragaman hayati untuk ekosistem maupun untuk manusia maka keanekaragaman hayati itu perlu dilestarikan, dilakukan melalui konservasi in-situ maupun konservasi eks-situ.Pada konservasi in-situ, keanekaragaman hayati dilestarikan diekosistemnya yang asli sehingga ekosistem tersebut dilindungi secara hukum (cagar alam, taman nasional, dan sebagainya).
a. Mengurangi laju kemerosotan komponen-komponen keanekaragaman hayati;
b. Mendorong pemanfaatan secara berkelanjutan;
c. Memberikan perhatian kepada ancaman terhadap keanekaragaman hayati, termasuk gangguan dari spesies asing yang menggeser spesies asli, perubahan iklim, pencemaran, dan perubahan peruntukan habitat;
d. Mempertahankan integritas ekosistem dan penyediaan barang dan jasa dari keanekaragaman hayati dalam ekosistem;
e. Melindungi pengetahuan, inovasi, dan praktek-praktek tradisional;
f. Menjamin pembagian keuntungan secara adil dan merata yang dihasilkan dari pemanfaatan sumber daya genetik;
g. Memobilisasi sumber-sumber dana dan teknis untuk pelaksanaan Konvensi mengenai Keanekaragaman Hayati.

 DAFTAR PUSTAKA

Aryulina,Diah dkk.2007.”Biologi 1 SMA dan MA untuk Kelas X”.Esis : Jakarta
Kimball,John.W dkk.1983.”Biologi Jilid 3 Edisi Kelima”.Erlangga : Jakarta
Yani,Rani dkk.2005.”Biologi SMA kelas X”.PT.Pusaka Gemilang : Bogor
Iskandar,Dr.Djoko T.”Evolusi”.Pusat Penerbitan Universitas Terbuka : Jakarta

1 comment: