a. Keanekaragaman gen
Setiap sifat organisme hidup dikendalikan oleh sepasang faktor keturunan (gen),
satu dari induk jantan dan lainnya dari induk betina. Keanekaragaman tingkat
ini dapat ditunjukkan dengan adanya variasi dalam satu jenis.
misalnya :
- variasi jenis kelapa : kelapa gading, kelapa hijau
- variasi jenis anjing : anjing bulldog, anjing herder, anjing kampung
Yang membuat variasi tadi adalah : Rumus : F = G + L
F = fenotip
G = genoti
L = lingkungan
Keanekaragaman ini lebih mudah diamati daripada Keanekaragaman gen.
Keanekaragaman hayati tingkat ini dapat ditunjukkan dengan adanya beraneka
macam jenis mahluk hidup baik yang termasuk kelompok hewan, tumbuhan dan
mikroba.misalnya variasi dalam satu famili antara kucing dan harimau. Mereka
termasuk dalam satu famili(famili/keluarga Felidae) walaupun ada perbedaan
fisik, tingkah laku dan habitat.
Keanekaragaman tingkat ini dapat ditunjukkan dengan adanya variasi dari
ekosistem di biosfir. misalnya : ekosistem lumut, ekosistem hutan tropis,
ekosistem gurun, masing-masing ekosistem memiliki organisme yang khas untuk
ekosistem tersebut. misalnya lagi, ekosistem gurun di dalamnya ada unta,
kaktus, dan ekosistem hutan tropis di dalamnya ada dalamnya ada harimau.Ketiga
macam keanekaragaman tersebut tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain.
1) Dengan mengetahui adanya keanekaragamaan gen merupakan modal dasar untuk
melakukan rekayasa genetika dan hibridisasi (kawin silang) untuk mendapatkan
bibit unggul yang diharapkan.
2) Dengan mengetahui adanya kenaekaragaman jenis dapat menuntun kita untuk
mencari alternatif dari bahan makanan, bahan sandang, dan papan, juga dapat
menuntun kita memilih hewan-hewan unggul yang dapat dibudidayakan.
3) Dengan mengetahui adanya keanekaragaman ekosistem kita dapat mengembangkan
sumber daya hayati yang cocok dengan ekosistem tertentu sehingga dapat
meningkatkan hasil pertanian dan peternakan yang pada gilirannya dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
3. Manfaat mempelajari Keanekaragaman Hayati
4. Usaha manusia untuk melestarikan keanekaragan hayati
5. Metode / cara mempelajari Keanekaragaman hayati
Keanekaragamnan Makhluk Hidup/ hayati terdiri dari kata
Keanekaragaman dan hayati . Keanekaragaman dalam bahasa Inggris berarti
Diversity yang memiliki arti beraneka macam , sedangkan hayati dapatdi artikan
sebagai Mahluk hidup
(bio). Keanekaragaman
hayati adalah keanekaragaman makhluk hidup yang menunjukkan keseluruhan variasi
gen, spesies dan ekosistem di suatu daerah. Jadi, Keanekaragaman hayati ditunjukkan
dengan adanya variasi makhluk hidup yang meliputi bentuk, penampilan, jumlah
serta ciri lain. berarti ungkapan pernyataan terdapatnya berbagai
macam variasi bentuk, penampilan, jumlah serta sifat yang terlihat pada
berbagai tingkatan makhluk hidup, baik tingkat genetik (dalam satu spesies),
tingkat jenis(spesies), maupun tingkat ekosistem. Keanekaragaman hayati pun dapat terjadi pada berbagai tingkat kehidupan, mulai dari
organisme tingkat rendah sampai organisme tingkat tinggi. Misalnya dari mahluk
bersel satu hingga mahluk bersel banyak; dan tingkat organisasi kehidupan
individu sampai tingkat interaksi kompleks, misalnya dari spesies sampai
ekosistem.
Keanekaragamnan Makhluk Hidup/ hayati terdiri dari kata
Keanekaragaman dan hayati . Keanekaragaman dalam bahasa Inggris berarti
Diversity yang memiliki arti beraneka macam , sedangkan hayati dapatdi artikan
sebagai Mahluk hidup
(bio). Keanekaragaman
hayati adalah keanekaragaman makhluk hidup yang menunjukkan keseluruhan variasi
gen, spesies dan ekosistem di suatu daerah. Jadi, Keanekaragaman hayati ditunjukkan
dengan adanya variasi makhluk hidup yang meliputi bentuk, penampilan, jumlah
serta ciri lain. berarti ungkapan pernyataan terdapatnya berbagai
macam variasi bentuk, penampilan, jumlah serta sifat yang terlihat pada
berbagai tingkatan makhluk hidup, baik tingkat genetik (dalam satu spesies),
tingkat jenis(spesies), maupun tingkat ekosistem. Keanekaragaman hayati pun dapat terjadi pada berbagai tingkat kehidupan, mulai dari
organisme tingkat rendah sampai organisme tingkat tinggi. Misalnya dari mahluk
bersel satu hingga mahluk bersel banyak; dan tingkat organisasi kehidupan
individu sampai tingkat interaksi kompleks, misalnya dari spesies sampai
ekosistem.
2. Macam keanekaragaman hayati dan contohnya
a. Keanekaragaman gen
Setiap sifat organisme hidup dikendalikan oleh sepasang faktor keturunan (gen),
satu dari induk jantan dan lainnya dari induk betina. Keanekaragaman tingkat
ini dapat ditunjukkan dengan adanya variasi dalam satu jenis.
misalnya :
- variasi jenis kelapa : kelapa gading, kelapa hijau
- variasi jenis anjing : anjing bulldog, anjing herder, anjing kampung
Yang membuat variasi tadi adalah : Rumus : F = G + L
F = fenotip
G = genoti
L = lingkungan
Keanekaragaman ini lebih mudah diamati daripada Keanekaragaman gen.
Keanekaragaman hayati tingkat ini dapat ditunjukkan dengan adanya beraneka
macam jenis mahluk hidup baik yang termasuk kelompok hewan, tumbuhan dan
mikroba.misalnya variasi dalam satu famili antara kucing dan harimau. Mereka
termasuk dalam satu famili(famili/keluarga Felidae) walaupun ada perbedaan
fisik, tingkah laku dan habitat.
Keanekaragaman tingkat ini dapat ditunjukkan dengan adanya variasi dari
ekosistem di biosfir. misalnya : ekosistem lumut, ekosistem hutan tropis,
ekosistem gurun, masing-masing ekosistem memiliki organisme yang khas untuk
ekosistem tersebut. misalnya lagi, ekosistem gurun di dalamnya ada unta,
kaktus, dan ekosistem hutan tropis di dalamnya ada dalamnya ada harimau.Ketiga
macam keanekaragaman tersebut tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain.
1) Dengan mengetahui adanya keanekaragamaan gen merupakan modal dasar untuk
melakukan rekayasa genetika dan hibridisasi (kawin silang) untuk mendapatkan
bibit unggul yang diharapkan.
2) Dengan mengetahui adanya kenaekaragaman jenis dapat menuntun kita untuk
mencari alternatif dari bahan makanan, bahan sandang, dan papan, juga dapat
menuntun kita memilih hewan-hewan unggul yang dapat dibudidayakan.
3) Dengan mengetahui adanya keanekaragaman ekosistem kita dapat mengembangkan
sumber daya hayati yang cocok dengan ekosistem tertentu sehingga dapat
meningkatkan hasil pertanian dan peternakan yang pada gilirannya dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
4. Usaha manusia untuk melestarikan keanekaragan hayati
5. Metode / cara mempelajari Keanekaragaman hayati
Konservasi eks-situ dilakukan dengan cara menanam tumbuhan atau hewan di tempat
bukan habibat asli tetapi memiliki ekosistem yang mirip. Ada tujuh bidang yang
menjadi fokus pelaksanaan upaya ini:
Keanekaragamnan Makhluk Hidup/ hayati terdiri dari kata
Keanekaragaman dan hayati . Keanekaragaman dalam bahasa Inggris berarti
Diversity yang memiliki arti beraneka macam , sedangkan hayati dapatdi artikan
sebagai Mahluk hidup
(bio). Keanekaragaman
hayati adalah keanekaragaman makhluk hidup yang menunjukkan keseluruhan variasi
gen, spesies dan ekosistem di suatu daerah. Jadi, Keanekaragaman hayati ditunjukkan
dengan adanya variasi makhluk hidup yang meliputi bentuk, penampilan, jumlah
serta ciri lain. berarti ungkapan pernyataan terdapatnya berbagai
macam variasi bentuk, penampilan, jumlah serta sifat yang terlihat pada
berbagai tingkatan makhluk hidup, baik tingkat genetik (dalam satu spesies),
tingkat jenis(spesies), maupun tingkat ekosistem. Keanekaragaman hayati pun dapat terjadi pada berbagai tingkat kehidupan, mulai dari
organisme tingkat rendah sampai organisme tingkat tinggi. Misalnya dari mahluk
bersel satu hingga mahluk bersel banyak; dan tingkat organisasi kehidupan
individu sampai tingkat interaksi kompleks, misalnya dari spesies sampai
ekosistem.
2. Macam keanekaragaman hayati dan
contohnya
Secara garis besar, keanekaragaman hayati terbagi menjadi tiga tingkat,
yaitu :
Jika G berubah karena suatu hal (mutasi dll) atau L berubah maka akan
terjadi perubahan di F. Perubahan inilah yang menyebabkan terjadinya variasi
tadi.
b. Keanekaragaman jenis (spesies)
c. Keanekaragaman ekosistem
Ketiga tingkat keanekaragaman hayati dipandang sebagai suatu keseluruhan
atau totalitas yaitu sebagai Keanekaragaman hayati. Maksud dari konsep ini
adalah :
1.
Arti Keanekaragaman Makhluk Hidup/ Keanekaragaman Hayati
Ø
Secara garis besar, keanekaragaman hayati
terbagi menjadi tiga tingkat, yaitu :
Ø
Jika G berubah karena suatu hal (mutasi dll)
atau L berubah maka akan terjadi perubahan di F. Perubahan inilah yang
menyebabkan terjadinya variasi tadi.
Ø
b. Keanekaragaman jenis (spesies)
Ø
c. Keanekaragaman ekosistem
Ø
Ketiga tingkat keanekaragaman hayati dipandang
sebagai suatu keseluruhan atau totalitas yaitu sebagai Keanekaragaman hayati.
A. Pengertian
keanekaragaman makhluk hidup
Keanekaragamnan hayati terdiri
dari kata Keanekaragaman dan hayati . Keanekaragaman dalam bahasa Inggris
berarti Diversity yang memiliki arti beraneka macam , sedangkan hayati dapatdi
artikan sebagai Mahluk hdup (bio ). Jadi secara luas Keanekaragaman hayati
merupakan beraneka macam mahluk hidup di bumi ini . Keanekaragaman hayati dapat
terjadi pada berbagai tingkat kehidupan, mulai dari organisme tingkat rendah
sampai organisme tingkat tinggi. Misalnya dari mahluk bersel satu hingga mahluk
bersel banyak; dan tingkat organisasi kehidupan individu sampai tingkat
interaksi kompleks, misalnya dari spesies sampai ekosistem. Banyaknya
keanekaragaman mahluk hidup ini meyebabkan diperlukannya pengenalan lebih dini
kepada siswa untuk menyadarinya melalui pembelajaran di sekolah.
Keanekaragaman
hayati adalah keanekaragaman makhluk hidup yang menunjukkan keseluruhan variasi
gen, spesies dan ekosistem di suatu daerah. Keanekaragaman hayati ditunjukkan
dengan adanya variasi makhluk hidup yang meliputi bentuk, penampilan, jumlah
serta ciri lain.
Analisis
terhadap beberapa ciri yang diwariskan secara genetik menunjukkan bahwa memang
ada sumbangan peran ciri-ciri genetik yang menentukan keunikan individu.
Keunikan ini tampak dalam memberi tanggapan terhadap pemberian obat, pemberian
darah maupun organ tubuh lain, serta keunikan pada daya tangkal individu atau
kelompok terhadap penyakit. Dalam kaitan ini, diperlukan pengetahuan lebih
banyak mengenai keanekaragaman genetik yang hanya dapat diperoleh melalui
eksplorasi ciri-ciri genetik secara luas.
Sebagaiaman diutarakan di atas, bahwa ciri-ciri
yang ditentukan secara genetik menunjukkan keanekaragaman pada berbagai makhluk
hidup. Namun, disamping faktor genetis, faktor lingkungan, pada batas tertentu,
juga ikut mengimbas ekspresi ciri-ciri tersebut. Keanekaragaman semacam ini
menyebabkan perlunya klasifikasi pada makhluk hidup. Dengan klasifikasi
tersebut, makhluk hidup dapat dikelompokkan ke dalam kelompok populasi dan
spesies.
Meskipun sudah dilakukan pengelompokan,
kadang-kadang masih dijumpai pula keanekaragaman pada ciri-ciri tertentu.
Keanekaragaman ini dapat diamati pada individu dalam suatu kelompok populasi,
antarkelompok populasi dalam satu spesies dan antarspesies. Bila dalam satu
spesies ini dikarenakan adanya perbedaan warna, bentuk, dan ukuran dalam satu
jenis yang disebut variasi.
Untuk mengetahui keanekaragaman hayati tingkat
jenis pada tumbuhan atau hewan, anda dapat mengamati, antara lain ciri-ciri
fisiknya. Misalnya bentuk dan ukuran tubuh,warna, kebiasaan hidup dan
lain-lain. Contoh, dalam keluarga kacang-kacangan, antara lain; kacang tanah,
kacang kapri, kacang hijau dan kacang buncis. Di antara jenis kacang-kacangan
tersebut Anda dapat dengan mudah membedakannya, karena antara mereka ditemukan
ciri-ciri yang berbeda antara ciri satu dengan yang lainnya. Misalnya ukuran
tubuh atau batang (ada yang tinggi dan pendek); kebiasaan hidup (tumbuh tegak,
ada yang merambat), bentuk buah dan biji, warna biji, jumlah biji, serta
rasanya yang berbeda.
Keanekaragaman genetis tadi dapat muncul karena
adanya gen-gen daerah penyandi yang berbeda-beda akibat proses mutasi. Dari
gen-gen ini dihasilkan ciri-ciri genetis yang juga berbeda-beda. Mutasi
(perubahan faktor keturunan atau sifat keturunan (gen) dan perubahan itu
bersifat fisikokimia) inilah yang merupakan dasar mikroevolusi yang selanjutkan
menentukan makroevolusi pada makhluk hidup. Mutasi akan menyebabkan timbulnya
gen muatan yag akan menghasilkan suatu variasi ciri-ciri genetis. Pada hewan
dan manusia, adanya sistem mating menyebabkan variasi ini akan diteruskan
kepada keturunan atau generasi berikutnya.
Pada suatu pasangan induk yang bereproduksi
secara seksual, maka setiap pasang dapat menghasilkan lebih daripada satu
keturunan. Kemampuan reproduksi ini sangat beranekaragam dari satu spesies ke
spesies lain. Sebagai contoh, pada manusia, dengan beberapa kekecualian, setiap
kali hanya melahirkan satu keturunan sesuai dengan lamanya masa subur.
Sementara itu, pada beberapa hewan, setiap saat dapat dihasilkan puluhan telur,
bahkan ratusan atau ribuan telur. Pada tumbuhan, setiap saat mungkin juga
dihasilkan ratusan atau bahkan ribuan biji yang nantinya akan menghasilkan
tumbuhan baru. Yang lebih penting dalam kemampuan bereproduksi adalah daya
tahan hidup keturunan yang dihasilkan. Dalam kenyataannya, berbagai individu
dengan gen muatan menunjukkan perbedaan daya tahan hidup.
Perbedaan daya tahan hidup ini bervariasi dari
saat rendah sampai sangat tinggi. Keturunan dengan gen muatan tertentu segera
mati begitu dilahirkan atau bahkan sebelum sempat melahirkan. Untuk tumbuhan,
ketidakmampuan bertahan hidup semacam ini barangkali terlihat dari
ketidakmampuan biji untuk menjadi tumbuhan baru. Sebaliknya, beberapa individu
dengan gen muatan masih mampu bertahan hidup bahkan mencapai usia reproduktif.
Individu-individu semacam ini boleh dianggap mewakili kelompok yang susunan
genetiknya mampu beradaptasi dengan lingkungan serta kondisi dimana mereka
berada. Proses yang dikenal seleksi alam ini merupakan suatu hal penting dalam
menentukan apakah suatu mutasi akan tercermin dalam susunan genetik suatu
anggota populasi yang mampu bertahan hidup. Di samping seleksi alam, kemampuan
individu yang mengandung gen muatan untuk bertahan hidup juga dipengaruhi
beberapa proses atau faktor lain. Salah satu faktor yang dianggap penting dan
sering dipertentangkan dengan seleksi alam adalah proses acak yang lebih
dikenal dengan random genetic drift (lepasnya frekuensi alela secara kebetulan.
Peristiwa ini sangat berarti pada populasi yang sangat kecil. Kenyataannya 1
dari 2 alela mempunyai peluang untuk lepas adalah kira-kira 0, 8%. Hilangnya
gen selalu mempengaruhi frekuensi alela pada beberapa tingkat tetapi pengaruh
tersebut menurun pada populasi yang berukuran besar.). Proses ini
menerangkan peluang gamet-gamet mana yang akan terpilih dalam sampling yang
membentuk generasi penerus. Dalam hal ini, jika terdapat sekumpulan gamet yang
merupakan campuran gamet yang mengandung gen muatan, maka terpilihnya gamet
untuk membentuk individu baru pada generasi penerus bersifat acak.
Pengaruh ketiga faktor tadi, yaitu mutasi,
seleksi alam, dan proses acak, akan menyebabkan perubahan susunan genetik
individu dan selanjutnya menjadi susunan genetik populasi yang terbentuk oleh
individu-individu tersebut. Perubahan ini berlangsung secara bertahap dari satu
generasi ke generasi berikutnya. Dalam kurun waktu beberapa generasi akan
selalu terjadi proses yang bertujuan untuk memilih susunan genetik populasi
yang dianggap paling baik atau cocok dalam situasi dan kondisi serta lingkungan
populasi tersebut berada. Akan tetapi, sebagaimana diketahui, bahwa lingkungan
juga tidak bersifat statis, karena, selalu berubah dari masa ke masa. Dengan
demikian, individu dan populasi yang bersusunan genetik tertentu harus selalu
memperbaharui diri sesuai dengan lingkungannya. Akibatnya, perubahan
terus-menerus ini akan memberikan perbedaan yang cukup mencolok sehingga
spesies lain tidak lagi dapat dianggap sebagai satu spesies. Melalui proses
yang lama dan kompleks, tiap kelompok yang kemudian terpisah ini menjadi
spesies baru. Anggota-anggota spesies baru ini setidaknya memiliki unggun gen
(gene pool (jumlah dari seluruh gen (termasuk plasma gen) yang dimiliki oleh
semua individu. Genotip dari individu diploid hanya dapat mempunyai suatu
maksimal jumlah dari dua alel dari suatu gen) )bersama.
Dalam proses pembentukan spesies, faktor yang
penting adalah mekanisme isolasi antara dua populasi atau lebih daripada
spesies semula. Isolasi menyebabkan adanya perbedaan genetik yang selanjutnya
menghilangkan kemungkinan terjadinya perkelaminan atau perkawinan yang
menghasilkan keturunan yang mampu berketurunan kembali. Pada dasarnya, ada dua macam
mekanisme yang menyebabkan antarpopulasi tidak mampu saling dikembangbiakkan
dan terisolasi secara reproduksi.
2
Keanekaragaman
Dalam Spesies
keanekaragaman spesies adalah jumlah
spesies yang beragam yang hidup disuatu lokasi tertentu, ahli ekologi misalnya telah menggabungkan
definisi yang berbeda-beda untuk membadingkan keanekaragaman secara keseluruhan
dari komunitas yang berbeda, pada berbagai skala geografis yang beragam pula
(Lietner dan Turner 2001 : summerville dkk 2003).
Dalam
tiap spesies, terdapat anggota populasi dengan ciri-ciri yang berbeda satu sama
lain. Bahkan, antardua individu, meskipun merupakan anggota spesies yang sama.
Keduanya dapat berbeda karena variasi berbagai faktor. Termasuk faktor-faktor
ini antara lain genetik, umur dan lain-lain. Secara genetik, tidak ada dua
individu dalam satu spesies yang persis sama. Apalagi faktor-faktor lingkungan
juga ikut berpengaruh dalam timbulnya ciri-ciri yang muncul sebagai fenotipe
(sifat makhluk hidup yang tampak sehingga bisa diamati dengan indra).
Perbedaaan ciri yang tampak pada anggota tiap spesies ini menyebabkan adanya
keanekaragaman dalam spesies.
Keanekaragaman
dalam spesies menyebabkan pada tiap anggota spesies dapat dilihat adanya
kedekatan kekerabatannya satu sama lain. Semakin banyak persamaan ciri-ciri
yang dimiliki semakin dekat kekerabatannya. Sebaliknya, makin sedikit persamaan
dalam ciri-ciri yang dimiliki makin jauh kekerabatannya. Dengan demikian, dalam
satu spesies dapat dijumpai kelompok-kelompok populasi yang satu sama lain
dibedakan berdasarkan persamaan dan
perbedaan ciri-ciri morfologi atau fenotipenya.
Banyak
fenotipe yang tampak sebagai ciri morfologis dapat berubah selama masa hidup
suatu organisme. Kadang-kadang perubahan ini terjadi selama perkembangan dan merupakan
tanggapan terhadap kondisi lingkungan. Gejala semacam ini terlihat baik pada
dunia hewan (termasuk manusia) maupun tumbuhan. Adanya pengaruh lingkungan dan
faktor nirgenetik lain menyebabkan pengelompokan populasi dengan kesamaan
ciri-ciri morfologis semacam ini sering membingungkan. Bila evolusi mempelajari
perubahan-perubahan genetis, maka taksonomi mempelajari persamaan-persamaan dan
perbedaan genetis. Idealnya, jika ingin menentukan keanekaragam di antara
organisme, maka harus diperoleh dulu susunan bahan genetik yang sesungguhnya.
Informasi ini jelas tidak berpengaruh oleh faktor lingkungan karena informasi
tersebut merupakan seperangkat informasi yang diwariskan dari generasi
terdahulu ke generasi berikutnya. Hal ini dapat terjadi karena kerja seleksi
terhadap genom. Adanya seleksi semacam ini menyebabkan timbulnya kesamaan
konvergensi populasi yang sebetulnya tidak sekerabat dan divergensi populasi
yang sebetulnya sekerabat.
3
Tindakan
yang merusak keanekaragaman makhluk hidup diantaranya :
1.
Perusakan
hutan
2.
Penggunaan
pestisida
3.
Perburuan
liar
4
Tindakan
pelestiarian keanekaragaman makhluk hidup ialah sebagai berikut :
1.
memelihara
kelestarian hutan
ó reboisasi
ó melakukan tebang pilih à
memotong kayu sesuai umurnya
ó menghindari kebakaran hutan
2.
Menetapkan
daerah perlindungan alam
ó taman hutan raya dan hutan wisata
ó cagar alam
ó taman nasional
3.
Merehabilitasi
satwa langka yang dipelihara perorangan
4.
Penangkaran
satwa dan tumbuhan yang hampir punah
5. Dengan mengetahui peranan dan manfaat
keanekaragaman hayati untuk ekosistem maupun untuk manusia maka keanekaragaman
hayati itu perlu dilestarikan, dilakukan melalui konservasi in-situ maupun
konservasi eks-situ.Pada konservasi in-situ, keanekaragaman hayati dilestarikan
diekosistemnya yang asli sehingga ekosistem tersebut dilindungi secara hukum
(cagar alam, taman nasional, dan sebagainya).
a. Mengurangi laju kemerosotan komponen-komponen
keanekaragaman hayati;
b. Mendorong pemanfaatan secara berkelanjutan;
c. Memberikan perhatian kepada ancaman terhadap
keanekaragaman hayati, termasuk gangguan dari spesies asing yang menggeser
spesies asli, perubahan iklim, pencemaran, dan perubahan peruntukan habitat;
d. Mempertahankan integritas ekosistem dan
penyediaan barang dan jasa dari keanekaragaman hayati dalam ekosistem;
e. Melindungi pengetahuan, inovasi, dan
praktek-praktek tradisional;
f. Menjamin pembagian keuntungan secara adil dan
merata yang dihasilkan dari pemanfaatan sumber daya genetik;
g. Memobilisasi sumber-sumber dana dan teknis
untuk pelaksanaan Konvensi mengenai Keanekaragaman Hayati.
DAFTAR PUSTAKA
Aryulina,Diah dkk.2007.”Biologi 1 SMA dan MA untuk Kelas X”.Esis :
Jakarta
Kimball,John.W dkk.1983.”Biologi Jilid 3 Edisi Kelima”.Erlangga :
Jakarta
Yani,Rani dkk.2005.”Biologi SMA kelas X”.PT.Pusaka Gemilang :
Bogor
Iskandar,Dr.Djoko T.”Evolusi”.Pusat Penerbitan Universitas Terbuka
: Jakarta